Rantai Pasok Produksi Elektronik Terdampak Kasus COVID-19

Tuesday 10 Mar 2020, 9 : 02 pm
by
Ilustrasi

DBS Group Research

Hingga saat ini, meski sejumlah penderita yang terpapar virus Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) berangsur-angsur pulih, perusahaan elektronik di Tiongkok masih berjuang untuk kembali memproduksi secara normal

Langkah Presiden Joko Widodo yang pada hari Senin (2/3/2020)mengumumkan bahwa dua orang Indonesia telah terjangkit virus COVID-19 telah membuat pasar keuangan bergejolak. Nilai tukar rupiah melemah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun menurun tajam.

Bank Indonesia (BI) segera mengumumkan lima kebijakan untuk menangkal dampak virus COVID-19 terhadap perekonomian. Langkah bank sentral tersebut antara lain meningkatkan intervensi di pasar keuangan dengan triple intervention atau intervensi tiga lapis di pasar spot, surat berharga negara, dan domestic non delivery forward atau DNDF.

Mewabahnya virus COVID-19 pun berdampak pada perekonomian Indonesia, terutama perdagangan ekspor-impor. Seperti diberitakan Katadata, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan mencatat devisa impor Indonesia ke Tiongkok menurun drastis hingga separuhnya.

Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Syarif Hidayat mengatakan, nilai devisa impor dari Tiongkok pada pekan terakhir Februari hanya sebesar US$463 juta, anjlok 51 persen atau turun sekitar US$485 juta dibanding pekan terakhir Januari mencapai US$948 juta.

Adapun jenis barang impor yang terpengaruh adalah komputer, mesin, semi-manufaktur, tekstil, dan smartphone tercatat menurun tajam. Tak hanya itu, Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa wabah virus COVID-19 membuat jalur rantai pasok bahan baku industri-industri dunia terpotong 30 persen. Selama ini rantai bahan baku industri mengandalkan Tiongkok.

“Ini untuk pertama kalinya terganggu karena rantai pasok dari Tiongkok berkontribusi 30 persen secara global,” kata Airlangga.

DBS Group Research pun juga mengungkapkan efek domino dari penyebaran virus COVID-19 terutama dari sisi rantai pasok di kawasan. Adapun yang paling terpengaruh oleh wabah ini adalah rantai pasok elektronik. Ditambah dengan situasi di Korea Selatan yang semakin mengkhawatirkan akibat dari COVID-19 yang berpotensi menekan rantai pasok ini.

Di Tiongkok, area yang paling terdampak COVID-19 adalah kawasan produsen perusahaan elektronik. Mulai dari kawasan pesisir, Provinsi Guangdong tempat banyak pabrik smartphone, terutama Huawei di Kota Shenzhen dan Dongguan. Pemerintah Tiongkok pun mengambil langkah tegas dengan memperpanjang hari libur dan menutup banyak pabrik di seluruh negeri.

Sejumlah pabrik di Tiongkok mulai beroperasi pada pertengahan Februari 2020. Namun, hal itu masih terbatas akibat semakin banyaknya larangan bepergian dari dan keluar Tiongkok secara global. Ini membuat pekerja yang tengah liburan di luar kota atau luar negeri sulit untuk kembali bekerja. Sejumlah laporan menyebutkan, perusahaan elektronik Tiongkok yang beroperasi jauh di bawah kapasitas normal, yakni sekitar 30-50 persen.

Di Korea Selatan, wabah COVID-19 paling berdampak di kawasan Daegu dan sekitarnya di Provinsi Gyeongbuk. Gyeongbuk merupakan pusat pabrik smartphone, TV dan produk elektronik lainnya, seperti Samsung dan LG. Namun, tidak seperti Tiongkok, pemerintah Korea Selatan tidak mengeluarkan kebijakan untuk perusahaan menutup pabrik untuk sementara atau mengisolasi kota di mana virus tersebut menyebar. “Justru, secara sukarela, LG dan Samsung dengan produksi smartphone selama 2-3 hari pada akhir Februari,” kata analis DBS Research Group.

Analis DBS Research Group melihat bahwa masih banyak ketidakpastian di Korea Selatan mengingat ada kekhawatiran wabah akan menyebar secara nasional dalam beberapa bulan mendatang. Jika hal itu terjadi, ini dapat memicu pengetatan mobilitas agar virus tidak menyebar yang berarti akan menyebabkan gangguan yang lebih serius pada kegiatan produksi.

Tiongkok adalah produsen ponsel, komputer, dan produk elektronik penting terbesar di dunia saat ini. Perusahaan-perusahaan Tiongkok memainkan peran penting dalam pasokan global komponen elektronik menengah ke bawah. Di wilayah Asia, Korea Selatan dan Taiwan paling mengandalkan Tiongkok untuk perakitan hilir jadi elektronik.

Sebanyak 70 persen dari ekspor barang setengah jadi di sektor elektronik ditujukan untuk pasar Tiongkok. Di sisi lain, sebagian besar negara Asia sangat bergantung pada Tiongkok untuk pasokan hulu komponen dan komponen elektronik. Selain Korea Selatan dan Taiwan, India, Indonesia, Thailand dan Vietnam juga memasok 40-60 persen impor barang setengah jadi di sektor elektronik dari pemasok Tiongkok

Sementara Korea Selatan adalah produsen memory chip dan panel layar yang paling penting di dunia. Negara itu memegang 70 persen saham di pasar global DRAM dan 45 persen di pasar NAND Flash. Di kawasan ini, Tiongkok dan Vietnam paling mengandalkan Korea Selatan untuk memasok suku cadang dan komponen.

Statistik menunjukkan bahwa hampir 30 persen impor barang setengah jadi di tiongkok pada sektor elektronik bersumber dari Korea Selatan, sementara kebutuhan Vietnam sebesar 24 persen dari Korea Selatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Advokat Senior Suhadi Sinyalir YLBHI Punya Agenda Tersembunyi

JAKARTA-Advokat Senior, C Suhadi mengeritik keras pernyataan Ketua Umum Yayasan

LCGC Dinilai Tak Sesuai Harapan

JAKARTA-Pemerintah  sedang melakukan evaluasi terhadap kebijakan yang mendasari lahirnya mobil