Ketika awal pemerintahan Jokowi, harga Premium Rp. 6.500/liter naik ke harga Rp. 8.500/liter. Namun saat harga minyak dunia turun maka harga Premiun juga ikut turun menjadi Rp. 7.600/liter, lalu turun lagi Rp. 6.600/liter. Sempat naik Rp. 200 menjadi Rp. 6.800/liter, lalu naik lagi menjadi Rp. 7.300/liter. Setelah itu turun diharga Rp. 6.950/liter, dan sekarang ini turun lagi diharga Rp. 6.450/liter. Demikian juga harga Solar yang semula Rp. 5.500/liter naik diharga Rp. 7.500/liter. Lalu turun Rp. 7.250/liter namun sempat naik diharga Rp. 7.400/liter tetapi turun Rp6.400/liter dan naik lagi diharga Rp. 6.900/liter.
Setelah itu turun lagi diharga Rp6.700/liter, terus turun diharga Rp. 5.650/liter, dan saat ini turun lagi diharga Rp. 5.150/liter. Sementara itu, harga minyak tanah boleh dikata relatif stagnan, karena kurangnya permintaan sebagai akibat atas pergeseran konsumsi dari minyak tanah ke gas.
Apa Manfaat Bagi Rakyat?
Penurunan harga BBM telah disertai dengan Keputusan Menteri terkait, tetapi musti didukung oleh kebijakan pemda bersama organda agar ongkos transportasi ikut turun. Namun penurunan tarif angkutan umum di penjuru tanah air ini sangat variatif.
Bandung misalnya, upaya Dinas Perhubungan untuk menurunkan tarif angkutan umum sebesar Rp. 500 gagal. Sesuai keputusan rapat bersama Dinas Perhubungan dengan pihak organda Bandung, maka tarif angkutan umum di Bandung hanya turun Rp 100/penumpang.
Kawasan perbatasan di barat Indonesia di Tanjungpinang misalnya, justru tarif angkutan umum turun Rp. 500, yang sebelumnya Rp. 4.500/penumpang menjadi Rp. 4.000/penumpang. Demikian juga di Makassar tarif angkutan umum turun 10 persen, menjadi Rp. 4.500/penumpang.
Kendari, tarif angkutan umum tetap diharga Rp. 4000/penumpang, tetapi itu berdasar pada SK Wali Kota Kendari No.1542 tentang pemberlakuan tarif angkutan umum. Jika harga Premium di antara Rp 6.100/liter hingga Rp. 7.000/liter maka tarif angkutan umum sebesar Rp. 4.000/penumpang.