Rokok Tetap Menjadi Primadona Ekspor

Saturday 1 Aug 2015, 4 : 31 am
by
ilustrasi

JAKARTA-Peranan industri rokok dalam perekonomian Indonesia saat ini terlihat semakin besar, selain sebagai motor penggerak ekonomi juga menyerap banyak tenaga kerja.

Dalam 10 tahun terakhir industri rokok di Indonesia mengalami pertumbuhan fenomenal.

Terbukti, resesi ekonomi yang dimulai dengan krisis moneter sejak Juli 1997 tidak terlalu berpengaruh dalam kegiatan industri tersebut.

Bahkan saat ini, sector ini masih menjadi salah satu andalan penerimaan negara guna menutupi APBN.

“Saya yakin sekali, tembakau tetap menjadi tulang punggung yang menopang beban krisis meski sejumlah regulasi pemerintah tidak berpihak pada industry ini,” ujar pengamat ekonomi Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng di Jakarta, Sabtu (1/8).

Meski sejumlah regulasi terhadap produk tembakau banyak merugikan, kinerja ekspor tembakau masih menjanjikan.

Diperkirakan, rokok keretek tetap menjadi primadona di pasar ekspor karena Indonesia merupakan negara produsen kretek terbesar di dunia.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan nilai ekspor tembakau Indonesia dalam tiga bulan terakhir secara konsisten terus meningkat, termasuk dari segi permintaan di beberapa negara kawasan seperti Asean.

Ekspor tembakau Indonesia triwulan I (Januari Maret) 2015 sebesar 11.702 ton atau senilai 59,3 juta USD.

Sepanjang Januari-Maret 2015, ekspor tembakau Indonesia tumbuh 27,40 persen untuk volume dan 17,18 persen untuk nilai.

Berdasarkan data BPS yang dikutip dari laman bps.go.id, negara tujuan utama ekspor tembakau Indonesia adalah Malaysia, Srilangka, Belgia, Amerika Serikat dan Belanda.

Nilai ekspor tembakau Indonesia periode Januari sampai Maret menurut negara adalah 17 juta USD ke Malaysia; 5,7 juta USD ke Sri Langka; 6,3 juta USD ke Belgia; 5,7 juta USD ke Amerika Serikat; 2,4 juta ke Belanda dan sisa nya 13 juta USD ke negara-negara Asia dan Eropa lainnya.

Hal ini semakin membuktikan dunia pertembakauan nasional telah sejak lama hadir dalam memberikan sumbangan besar bagi kas negara, mampu bertahan dalam kondisi krisis serta siap mengahadapi krisis ekonomi.

Dia mengaku, peran industri tembakau sangat sentral bagi ekonomi nasional.

Terbukti, saat Indonesia dilanda problem keuangan, terutama yang berhubungan dengan APBN, selain menjual saham BUMN (Privatisasi) dan menaikan pajak, usulan menakan cukai rokok juga menjadi salah satu opsi menambal keuangan negara.

Bahkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015, penerimaan cukai rokok menjadi salah satu andalan penerimaan negara.

Pada 2015 ini, penerimaan dari cukai rokok ditargetkan mencapai 136,12 triliun.

Target ini meningkat Rp 15,56 triliun dibandingkan target yang tercatat di APBN 2015, yang hanya Rp 120,56 triliun.

”Konsumen rokok yang selama ini terdiskriminasi dan distigma buruk oleh orang-orang yang mengaku sebagai para pembela kesehatan itu, teryata menjadi satu solusi yang dapat digunakan oleh pemerintah dalam mengatasi problem keuangan,” ucapnya.

“Secara tidak langsung, mereka telah mengakui bahwa rokok mempunyai peran yang sangat penting dalam industri nasional dan cukainya memberikan sumbangsih yang besar bagi keuangan negara yang bisa dialokasikan untuk berbagai problem keuangan negara, termasuk salah satunya bagi kesehatan masyarakat,” imbuhnya.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Agung Kuswandono mengakui pihaknya mengandalkan cukai rokok untuk mengejar target penerimaan, seiring dengan kenaikan tarif cukai rokok tahun ini sebesar 8,72 persen.

“Bea masuk dan bea kelur tetap tidak bisa diandalkan, karena harga komoditas yang sedang turun,” jelasnya

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Penjualan Eceran Agustus 2016 Meningkat

JAKARTA-Survei Penjualan Eceran Agustus 2016 mengindikasikan bahwa secara tahunan penjualan

Santri Diminta Ikut Kawal Penyaluran Dana Desa

JAWA TENGAH-Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendesa PDTT)