Rupiah Ditutup Menguat di Level di Rp16.100

Friday 27 Mar 2020, 6 : 59 pm
by
Ilustrasi

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik ditengah kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19.

Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut :

A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR 23-27 Maret 2020

Pada akhir hari Kamis, 26 Maret 2020 :

1. Rupiah ditutup melemah di Rp16.275.

2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 7,99%.

3. DXY (Indeks Dolar) melemah ke level 99,35. 4. Yield UST Note 10 tahun naik ke level 0,867%.

Pada pagi hari Jumat, 27 Maret 2020 :

Rupiah dibuka menguat di level di Rp16.100.

Aliran Modal Asing (Minggu-IV Maret 2020) :
1. Meredanya kepanikan di pasar keuangan mendorong Premi CDS (Currency Default Swap) Indonesia 5 tahun turun ke 181 bps per 26 Maret 2020 dari 239 bps per 20 Maret 2020.

2. Berdasarkan data transaksi 23-26 Maret 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik net jual Rp9,93 triliun dengan net jual di pasar SBN sebesar Rp10,0 triliun dan di pasar saham sebesar Rp0,07 triliun.

3. Berdasarkan data setelmen 23-26 Maret 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik net jual Rp25,05 triliun. Selama 2020 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat net jual Rp140,13 triliun (termasuk data crossing saham), terutama dikontribusi dari pasar SBN (Surat Berharga Negara).

BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar. Untuk itu, BI terus meningkatkan intensitas stabilisasi di pasar DNDF (Domestic Non Deliverable Forward), pasar spot, dan pembelian SBN (Surat Berharga Negara) dari pasar sekunder.

B. Inflasi 2020 Terkendali dan Berada pada Sasaran Inflasi

1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Maret 2020, inflasi Maret 2020 sampai dengan minggu keempat diperkirakan sebesar 0,13% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya. Sehingga secara tahun kalender sebesar 0,80% (ytd), dan secara tahunan sebesar 3,00% (yoy).

2. Penyumbang inflasi pada periode laporan antara lain berasal dari komoditas emas perhiasan (0,06%), jeruk (0,04%), telur ayam ras (0,03%), gula pasir (0,03%), bawang merah (0,02%), kangkung, bayam, nasi dengan lauk dan bahan bakar rumah tangga masing-masing sebesar 0,01% mtm. Sementara itu, komoditas utama yang menyumbang deflasi yaitu cabai merah (-0,09%), cabai rawit (-0,03%), bawang putih, tomat, daging ayam ras, minyak goreng dan angkutan udara masing-masing sebesar aa -0,01% mtm.

3. Sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga dari minggu sebelumnya antara lain emas perhiasan, gula pasir, jeruk dan bawang merah. Sementara komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabai merah.

BI akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan OJK untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Menaker Siapkan Sertifikasi Kompetensi Kerja Hadapi MEA 2015

JAKARTA-Tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan bergulir pada tahun
HBA September 2021 Tembus USD150,03 per Ton

Terus Naik, HBA September 2021 Tembus USD150,03 per Ton

JAKARTA-Permintaan batubara yang terus meningkat di China akibat naiknya kebutuhan