JAKARTA-Bank Indonesia (BI) mengakui, fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi dinamika politik di dalam negeri. Namun secara umum, tingginya volatilitas rupiah lebih disebabkan oleh dangkalnya pasar keuangan valuta asing di dalam negeri. “Saya sependapat bahwa memang (fluktuasi) nilai tukar rupiah ada faktor perkembangan politik,” kata Gubernur BI, Agus Martowardojo di Gedung DPR Jakarta, Selasa (3/6).
Namun demikian, jelas dia, faktor yang paling mempengaruhi pergerakan rupiah adalah kondisi pasar keuangan valas yang masih dangkal. Sehingga, lanjut dia, kondisi tersebut akan mudah mempengaruhi volatilitas rupiah, jika ada risiko fundamental dan global. “Kalau bicara fundamentalnya, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menjadi perhatian. Dan, besarnya subsidi bahan bakar minyak BBM juga menjadi perhatian. Perkembangan ekonomi global juga menjadi perhatian, khususnya melemahnya ekonomi Tiongkok dan gejala normalisasi ekonomi di AS,” paparnya.
Agus Marto mengungkapkan, tekanan pada defisit neraca perdagangan April 2014 yang mencapai US$1,96 miliar akan menekan neraca transaksi berjalan. “Di sisi lain, juga akan memberi tekanan pada fiskal, karena porsi fiskal akan banyak tersedot untuk membayar subsidi BBM,” kata mantan Menteri Keuangan itu.
Komentari tentang post ini