Ruth Destriana: Tak Pernah Membayangkan Bisa Masuk ke Gedung DPR

Monday 22 Aug 2016, 8 : 17 am
by
Ruth Destriana

Gadis cantik bernama Ruth Destriana memiliki cita-cita menjadi pramugari sejak kecil. Alasannya sederhana, agar bisa terbang keliling dunia.

Namun impiannya itu harus dia kubur dalam-dalam karena ayahnya menginginkan anak gadis ini masuk Fakultas Hukum sehingga kelak menjadi notaris. Selepas meraih gelar sarjana hukum, kini Ana bekerja didunia politik. Sebuah dunia yang tidak ia sukai awalnya. Bahkan Ana tidak pernah membayangkan bisa masuk ke Gedung DPR/MPR Senayan Jakarta.

Berbincang-bincang dengan gadis manis ini seakan  tidak akan pernah ada habisnya. Parasnya yang cantik dan tutur katanya yang lembut membuat semua orang ingin mengenal lebih dalam soal sosok dara kelahiran Cirebon 8 Desember 1991 ini. Sore itu, disebuah pojokan di Gedung DPR, reporter Albergatti berbincang-bincang dengan Ana.

Obrolan pun mengalir, mulai cita-cita sewaktu kecil, dunia politik emansipasi wanita hingga wajah hukum di Indonesia.
Dari obrolan ringan itu, terlihat jelas, Ana sangat fasih berbicara tentang kondisi kekinian Indonesia. Ana pun memulai perbincangan dengan kisah tentang cita-citanya sewaktu masih kecil.

Sama seperti wanita Indonesia lainnya, Ana memiliki impian semasa kecil meski terkadang tidak sesuai kenyataan. Ana termasuk salah satu wanita Indonesia yang harus memupus cita-citanya demi memenuhi titah sang ayah. Keinginannya untuk menjadi Flight attendant gagal lantaran tidak mendapat dukungan keluarga.

Akhirnya, gadis manis penggemar olah raga renang ini mengikuti kehendak sang ayah. Ayahnya pulalah yang memilih Universitas Sunan Gunung Jati Cirebon sebagai tempat kuliahnya. “Cita-cita saya memang menjadi pramugari. Tetapi nggak dibolehin sama papah,” ujar gadis berzodiak Sagitarius.

Pertimbangan ayah mendorong putrinya belajar hukum sangat sederhana.  Bagi sang ayah, ilmu hukum itu sangat luas. Gelar sarjana hukum memudahkannya bekerja dimanapun. “Tidak tergantung pada satu bidang pekerjaan. Karena orang hukum bisa bekerja dibidang apa saja,” kisahnya.

Ditengah kesibukannya sebagai Staf Ahli anggota DPR, Ana pun ingin melanjutkan kuliah demi meraih gelar notaris. Namun saat ini, Ana menunda keinginan melanjutkan kuliahnya lantaran seabrek tugas kantor yang tidak bisa ditinggalkannya. “Saya ingin menjadi notaris,” tuturnya.

Meski sudah meraih gelar sarjana hukum, kini Ana bekerja di bidang yang lebih banyak berinteraksi dengan politik. Padahal Ana mengaku sama sekali tidak suka dunia politik.

Maklum, gadis cantik ini lahir dan tumbuh dalam keluarga pembisnis yang jauh dari interaksi politik. Namun takdir berkata lain. Ana justru berkecimpungan didunia politik praktis saat ini.
Awal terjun ke politik sebenarnya tidak sengaja. Persinggungan Ana dengan dunia politik berawal dari relasi ayahnya dengan seorang politisi yang kini menjadi bosnya.  “Papah saya memiliki hubungan dengan bos saya sekarang. Oleh papah, saya dititipin ke beliau,” ucap gadis penyuka Film Korea ini.

Kendati bekerja didunia politik, sejauh ini Ana mengaku belum tertarik terjun kedunia politik praktis. Namun Ana selalu berusaha menikmati dan menjalani aktifitas sekarang ini dengan profesional.
Tetapi tidak berarti Ana menutup diri berpolitik. “Jika kelak, saya menemukan jalannya, kenapa tidak dicoba,” ujarnya.

Bahkan, kini Ana terus  memperkuat pengetahuan soal politik dengan membaca sejumlah literatur. Pengetahuan politik harus diasah agar tidak ketinggalan. “Saya tetap belajar berpolitik lewat berbagai literatur. Sejauh ini, saya nyaman dengan perkerjaan sekarang meski terkadang tidak sejalan dengan keinginan awal. Apalagi, sejak awal, saya tidak pernah membayangkan bisa masuk ke gedung DPR ini,” terang dara pencinta warta putih ini.

Emansipasi
Selain paham soal politik masa kini, Ana juga sangat piawai berbicara soal emansipasi. Bagi Ana, gerakan emansipasi di Indonesia sudah membuahkan hasil membanggakan.
Dala bidang politik, hukum ekonomi maupun sosial, perempuan Indonesia dapat mensejajarkan diri dengan kaum pria. Terbukti, perempuan sudah dapat menduduki posisi-posisi penting di bidang birokrasi.

Di bidang politik kata Ana, perempuan juga sudah dapat berkiprah tanpa melupakan kodratnya.  Bukti nyata kesetaraan dibidang politik tercermin pada Pasal 65 ayat 1 UU Nomor 12 / 2003 yang berbunyi “Setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) provinsi dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) kabupaten/kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%”.

Demikian juga di bidang ekonomi. Banyak perempuan yang sudah banyak sukses. Tidak sedikit perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga atau membantu  suami bekerja. Bahkan, ada beberapa perempuan yang mengerjakan pekerja-an laki-laki.
Dalam bidang sosial ujarnya, perempuan yang dulu lekat dengan stigma kasur, sumur dan dapur sekarang telah mampu bangkit dan menggeser stigma itu. Bahkan, dalam bidang sosial ini kaum perempuan telah banyak berkiprah.

Tak hanya itu, beberapa perempuan Indonesia sudah membuktikan kepada bangsa bahwa mereka mampu memegang peran penting dalam membangun bangsa.  ana2

Salah satu bukti kesetaran ini terlihat saat Indonesia dipimpin Megawati Soekarnoputri. Putri Bung Karno ini menjadi wanita pertama yang pernah memerintah negara ini. Ini sangat luar biasa karena menjadi orang nomor satu di Indonesia yang mayoritas beragama Islam. “ Meski dalam ajaran Islam, wanita tidak diperbolehkan pemimpin itu seorang wanita. Sebenarnya, pemimpin wanita itu tidak salah. Yang terpenting rujukannya pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” tutur gadis yang mengidolakan RA Kartini ini.

Lalu siapa tokoh idola?  Bagi Ana, sang ibu adalah segala-galanya. Ini berperan penting membentuk kepribadiannnya. “Saya sangat mengagumi mama saya. Mamalah pahlawan segalanya,” tuturnya.

Kesadaran Hukum
Sebagai alumni fakultas hukum, Ana mengaku miris dengan hukum Indonesia saat ini. Kesadaran hukum di Indonesia masih sangat rendah. Padahal sudah aturan tetapi tetap saja melanggar aturan. Seperti membenarkan adagium hukum dibuat untuk dilanggar. Misalnya pada masalah yang sepele. “Tidak perlu bicara hukum dalam artian luas. Saya sendiri yang punya hukum pun sering melanggar aturan. Misalnya sering menerobos lampu merah. Itu hal-hal kecil. Padahal, sudah jelas aturannya tidak boleh dilanggar,” tuturnya.

Minimnya kesadaran hukum disebabkan masyarakat beranggapan hukum bisa dibeli dengan uang. Uanglah yang berkuasa. Hukum belum bisa ditegakan setegak-tegaknya. “Kedepan, saya ingin hukum benar-benar menjadi panglima,” tuturnya.

Dia menyakini, Indonesia akan menjadi negara maju jika berani menegakan aturan dengan benar. Keadilan hukum  harus merata bagi seluruh rakyat Indonesia (equality before the law).  “Jangan sampai hukum tumpul keatas dan tajam kebawah. “Patuhi UU, niscaya kita akan menjadi negara benar,” pungkas gadis pencinta Aktor Korea ini. (Albergatti)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

DPR: Gugatan Penolak Pabrik Semen Rembang Terbantahkan

TUBAN-Ketua Komisi VI DPR RI, Teguh Juwarno, mengatakan gugatan yang

Inovasi Hasil Riset Perlu Dikembangkan Dalam Dunia Bisnis

TANGERANG-Pemerintah berharap agar inovasi hasil riset teknologi yang dilakukan peneliti