SBY Menjadi Profesor Pertama Bidang Ketahan Nasional

Thursday 12 Jun 2014, 7 : 10 pm
by

BOGOR-Sidang senat terbuka akademik Universitas Pertahanan Indonesia mengukuhkan Prof Dr H Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), MA sebagai guru besar dalam bidang ilmu ketahanan nasional. SBY pun tercatat menjadi professor pertama di Indonesia dalam bidang ilmu ketahanan nasional.

Rektor Universitas Peratahanan Indonesia, Laksdya TNI Dr. Desi Albert Mamahit, M.Sc mengatakan, pemberian gelar guru besar terhadap Presiden SBY itu, karena Presiden SBY memiliki kapasitas sebagai akademis, dan berbagai tulisan yang tersebar di dalam dan luar negeri. “Dan rekan-rekan memahami dan berapa luas, dan bagaiamana mengeluarkan ide-ide yang brilian,”paparnya.

Selain itu, pengukuhan Presiden SBY sebagai Guru Besar Ilmu Katahanan Nasional dilakukan dengan mempertimbangkan penguasaan ilmu ketahanan nasional yang diperoleh dari berbagai pendidikan militer dan non militer  baik dari dalam dan luar negeri.

Dalam pidatonya, SBY mengatakan, Indonesia memerlukan grand strategy atau strategi besar dalam mewujudkan kepentingan nasional dan cita-cita kemerdekaan bangsa di tengah situasi dunia yang penuh dinamika dan terus berubah. Karena itu, Presiden SBY  mengharapkan para penyelenggara negara, termasuk para pemimpin militer dan pembuat kebijakan pertahanan negara, merumuskan strategi besar sebagai sebuah  rencana pembangunan jangka panjang 25 tahunan. “Dalam pemikiran saya itu, di dalamnya sudah termasuk bagai-mana bangsa ini bisa menghadapi berbagai tantangan dan ancaman, baik dari luar negeri maupun dalam negeri, sehingga cita-cita dan tujuan besar itu dapat dicapai. Saya pikirkan pula secara holistik baik aspek keamanan (security) maupun aspek kesejahteraan (prosperity)   yang kedua-duanya amat penting,” ujar SBYdalam pidato pengukuhannya  di  Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC), Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/6).

Elemen strategi besar itu, katanya juga mencakup perkembangan lingkungan strategis, baik regional maupun global, agar kita bisa mengenali baik ancaman  maupun peluang yang ada. Tentu juga diperhitungan semua elemen kekuatan nasional yang kita miliki (national power), apakah itu politik, ekonomi, dan militer; apakah itu sumber daya alam, sumber daya manusia, infrastruktur fisik hasil pembangunan dan teknologi; dan apakah itu kekuatan ideologi, nilai-nilai dasar dan budaya bangsa.

Presiden SBY yang didampingi Ibu Negara Hj. Ani Yudhoyono menyampaikan, grand strategy itu dapat dilebarkan sehingga menjadi  arah, strategi besar dan kebijakan dasar dari sebuah negara,  dengan cara membangun dan menggunakan semua potensi nasional yang dimiliki, untuk melindungi kepentingan dan tercapai-nya tujuan nasional, berlaku dalam jangka waktu yang jauh ke depan,  baik di masa perang maupun damai. “Dengan pengertian yang saya bangun seperti ini, kita bisa mengaitkan misalnya dengan pemikiran yang melandasi rencana pembangunan jangka panjang 25 tahunan, yang dalam era pemerintahan yang lalu disebut sebagai Ggaris-garis besar Besar haluan Haluan negara Negara (GBHN). Atau juga Visi Indonesia 2030, yang pernah dirumuskan oleh sejumlah lembaga kajian strategis  Indonesia pada awal tahun 2000-an,” papar SBY dalam acara yang dihadiri oleh Wakil Presiden Boediono, para menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, dan para duta besar negara sahabat itu.

Adapun dari aspek militer, meurut SBY, dapat pula dikaitkan dengan kebijakan pembangunan kekuatan dan modernisasi TNI jangka panjang menuju kekuatan yang cukup (minimum essential force) di masa damai, yang dalam masa perang bisa dilakukan mobilisasi dan peningkatan persenjataan militer yang diperlukan.

Pada bagian akhir pidatonya, Presiden SBY menyodorkan visinya yang berjudul “Indonesia In 2045: A Centennial Journey”, yang dimuat oleh Strategic Review : The Indonesian Journal of Leadership, Policy and World Affairs, edisi Agustus 2011.

Visi tersebut, kata Presiden SBY,  adalah Indonesia yang berhasil menjadi negara modern yang kuat, yang paling tidak memiliki 3 kekuatan utama. Pertama adalah ekonomi yang kuat dan berkeadilan, dengan demikian kita bisa membuat rakyat semakin sejahtera menuju masyarakat adil dan makmur sebagaimana diamanahkan oleh UUD 1945.

Kedua, demokrasi yang stabil dan berkeadaban, sehingga pelibatan rakyat dalam politik membawa maslahat dan kebaikan bersama. Sedangkan yang ketiga adalah peradaban bangsa yang unggul dan maju, yang dalam dirinya menjadi potensi dan kekuatan bangsa  menuju negara maju (developed country) di abad ke-21 ini.

Presiden SBY mengungkapkan bahwa keberhasilannya meraih gelar guru besar, berkat pengorbanan dan dorongan istri dan anak-anaknya, menteri-menterinya, para Staf Khusus Presiden (SKP), staf pribadi, dan para ajudan. “Saya harus mengorbankan waktu paling berharga saya, yaitu waktu saya bersama keluarga, karena waktu itulah yang tersedia.  Untuk itu, yang pertama saya harus berterima kasih kepada istri tercinta Ani Yudhoyono,” ucapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Presiden Tak Akan Revisi Proyek Listrik 35 Ribu MW

JAKARTA–Presiden Joko Widodo memastikan tidak akan merevisi proyek pengadaan listrik

Menperin: IKM Makanan dan Tenun Kian Prospektif

RIAU-Industri kecil dan menengah (IKM) di Provinsi Riau masih menjadi