Sektor Industri Masih Jadi Andalan PDB Nasional

Sunday 9 Aug 2020, 11 : 32 pm
by
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, Jumat (3/4).

Capaian itu meningkat dibanding triwulan I-2020 yang tumbuh 5,59 persen. Akeselerasi pertumbuhan sektor industri kimia, farmasi dan obat tradisional ini didukung karena peningkatan dari permintaan domestik terhadap obat-obatan atau suplemen dalam upaya menghadapi wabah Covid-19.

“Peningkatan PMI manufaktur Indonesia pada kuartal III-2020, akan bergantung pada sektor manufaktur yang utilitasnya dapat meningkat signifikan, yakni sektor-sektor yang memiliki permintaan domestik tinggi seperti industri farmasi, alat kesehatan, serta makanan dan minuman,” ungkap Agus.

Berdasarkan data BPS, pada triwulan II-2020, sektor industri logam dasar tumbuh 2,76 persen. Kinerja positif ini karena peningkatan kapasitas produksi besi-baja di Sulawesi Tengah.

Selain itu, peningkatan ekspor logam dasar, di antaranya komoditas ferro alloy nickel dan stainless steel.

Berikutnya, industri kertas dan barang dari kertas percetakan dan reproduksi media rekaman yang tumbuh 1,10 persen. Capaian ini didukung dari peningkatan produksi kertas di beberapa sentra produksi seperti Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.

Selain itu, permintaan luar negeri yang mengalami pertumbuhan.

Sektor lainnya, industri makanan dan minuman yang tumbuh 0,22 persen. Adapun, angka tersebut meningkat sekitar 1,87 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Pertumbuhan sektor ini diidukung peningkatan ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO).

Menurut Menteri AGK, yang perlu dilakukan untuk menggenjot kinerja industri saat ini salah satunya dengan mengoptimalkan sisi permintaan pasar, sehingga penyerapan terhadap produk-produk industri manufaktur di Indonesia bisa terjadi.

“Tentu ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita. Stimulus bagi dunia industri akan terus kami gulirkan agar aktivitas industri bisa kembali normal,” tuturnya.

Guna meningkatkan daya saing sektor industri, Agus menambahkan, pemerintah akan mengintegrasikan peta jalan substitusi impor sebesar 35% pada tahun 2022 dengan implementasi program prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0.

Sebab, penggunaan teknologi dapat menurunkan biaya operasional dan meningkatkan produktivitas.

“Selain pengurangan impor, strategi lainnya adalah peningkatan utilisasi produksi seluruh sektor manufaktur yang anjlok ke level 40% pada awal masa pandemi,” ujarnya.

Menperin menargetkan angka tersebut akan terus naik ke kisaran 60% pada akhir 2020, sehingga bisa kembali ke kondisi sebelum pandemi di kisaran 75% pada akhir 2021.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Perluasan Insentif Fiskal Beri Dampak Positif Bagi Sektor Parekraf

JAKARTA-Keputusan pemerintah melalui Kementerian Keuangan yang memperluas sektor usaha penerima

Target Pajak 2014 Tembus Diatas Seribu Triliun

JAKARTA-Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan penerimaan  pajak