Sektor Keuangan Bisa Jadi Sumber Ketidakstabilan Ekonomi

Thursday 20 Aug 2015, 7 : 37 pm
by

JAKARTA-Krisis keuangan global tahun 2008 memberi pelajaran berharga bagi bank sentral bahwa menjaga tingkat inflasi saja tidaklah cukup dalam upaya mencapai stabilitas makroekonomi. Sejumlah episode krisis di masa lalu telah membuktikan bahwa sektor keuangan dapat menjadi sumber ketidakstabilan ekonomi.
Demikian disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus D. W. Martowardojo saat menyampaikan pidato pengantar disela-sela acara BI-Bank of International Settlement (BIS Joint Research Conference 2015 yang bertema “Expanding the Boundaries of Monetary Policy in Asia and the Pacific,” di Jakarta, Kamis (20/8).
BI-BIS Joint Research Conference 2015 merupakan salah satu pertemuan berkala yang diinisiasi oleh BIS, yang biasanya diselenggarakan berkolaborasi dengan bank sentral di kawasan Asia Pasifik, seperti “PBoC-BIS Joint Conference on Globalisation and Inflation Dynamics in Asia and the Pacific” di Beijing pada 23-24 September 2013 dan “RBNZ-BIS Joint Conference on “Cross-Border Financial Linkages in Asia and the Pacific” di Wellington pada 23-24 Oktober 2014.
Menurutnya, di tengah tantangan yang semakin kompleks ke depan, bank sentral perlu merumuskan kembali kerangka kebijakan moneter yang ada saat ini karena memelihara stabilitas harga saja dirasakan belum cukup. “Selain stabilitas harga, bank sentral juga perlu memelihara stabilitas sistem keuangan,” papar Agus.
Dia menjelaskan perkembangan perekonomian global yang melambat membutuhkan langkah-langkah stabilisasi di bidang moneter dan stabilitas sistem keuangan (financial systems stability). Upaya tersebut perlu didukung dengan berbagai penelitian yang terdepan dan terkini.
Pada tahun 2015 ini, BI-BIS Joint Research Conference akan membahas beberapa hasil penelitian yang telah disepakati oleh the Asian Consultative Committee pada Februari 2014 diantaranya Managing price and financial stability objectives – what can we learn from the Asia-Pacific region?, A comparison of liquidity management tools in eight Asian economies dan Estimating equilibrium real interest rates in Asia Pacific.
Selain itu, juga dibahas soal interest rate pass-through in the global financial system: what drives country heterogeneity?, Managing Monetary and Financial Stability in a Dynamic Global Environment dan Monetary policy and financial spillovers: losing traction?
Konferensi tingkat tinggi ini akan diikuti oleh pejabat-pejabat senior bank sentral di kawasan Asia Pasifik dan dihadiri oleh pembicara ternama seperti John Williams (President dan CEO, Federal Reserve Bank of San Fransisco), Sukudhew Singh (Deputi Gubernur, Bank Negara Malaysia), Diwa Guinigundo (Deputi Gubernur, Bangko Sentral ng Pilipinas), Kazuo Momma (Asisten Gubernur, Bank of Japan), dan Hyung Song Shin (Head of Research, BIS).
Dalam konferensi ini, delegasi BI juga mempresentasikan hasil penelitian tentang respon bauran kebijakan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan di tengah dinamika sektor keuangan dan sektor eksternal. “Dengan konferensi ini, diharapkan terbangun pengembangan kapasitas riset yang handal guna mendukung perumusan kebijakan yang kredibel. Bagi BI, event ini sekaligus diharapkan membuka ruang pengembangan kapasitas peneliti BI yang lebih luas untuk menjadi yang terbaik di regional,” imbuhnya

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

PETANI MILENIAL

Ini Harapan Para Petani Milenial kepada PDIP

JAKARTA-Petani milenial menilai PDI Perjuangan (PDIP) merupakan partai politik yang
"XL Axiata sangat antusias dengan rencana pembukaan kembali pariwisata. Untuk itu, jaringan XL Axiata sudah kami siapkan guna menyambut segala keperluan mendukung kembalinya para wisatawan baik domestik maupun mancanegara

EXCL dan Kominfo Sediakan Layanan 4G

JAKARTA-PT XL Axiata Tbk (EXCL) bekerja sama dengan Badan Telekomunikasi