Senjata Itu Bernama Penistaan Agama

Wednesday 28 Nov 2018, 10 : 13 pm
by
Inaz N Zubir

Oleh: Inas N Zubir

Sejak pemilukada DKI Jakarta dimana Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok divonis pengadilan dengan tuduhan penistaan agama, maka diksi “penistaan agama” menjadi senjata untuk meneror dan menjatuhkan lawan oleh orang-orang tertentu dari kelompok yang membawa-bawa Islam sebagai jargon-nya dalam percaturan politik di Indonesia.

Kelompok ini begitu fasih mengumbar diksi “penistaan agama” sebagai jargon utamanya kepada siapapun yang menentang dan menghadang keinginan mereka untuk merebut kekuasaan di Indonesia, Jargon-jargon lain-nya seperti “anti Islam”, “kriminalisasi ulama”, “pembungkaman media Islam”, dan sebagainya kian marak dilafalkan oleh mereka demi meraih kehausan ambisi politik kelompok tersebut.

Yang sangat mengherankan adalah kelompok ini menghunuskan senjata tersebut bukan saja kepada orang-orang non muslim saja, melainkan juga kepada sesama saudara muslim-nya sendiri yang menolak mengikuti keinginan dan ambisi mereka, sehingga dicari-cari kesalahan dari saudara muslim-nya untuk kemudian ditembak dengan senjata jargon “penistaan agama” dimana seolah-olah kelompok merekalah yang keislaman-nya sudah benar 100%!

Apakah yang dimaksud dengan penistaan agama? Penistaan agama merupakan tindakan penghinaan, penghujatan, atau ketidaksopanan kepada keyakinan dan ajaran suatu agama, dimana tindakan tersebut dilakukan dengan niat dan kesadaran yang penuh untuk menghina, menghujat dan berbuat tidak sopan kepada keyakinan dan ajaran agama tertentu tersebut.

Kondisi orang yang seperti disebutkan diatas tentunya tidak akan mau memeluk agama yang dihina dan dihujatnya tersebut karena disebabkan oleh berbedanya keyakinan orang tersebut dengan agama yang dia hujat, lalu bagaimana dengan orang yang memeluk agama Islam lalu dituduh menghina dan menghujat Islam?

Seseorang yang sudah memeluk agama Islam, akan mencintai agamanya dengan sepenuh hati, karena agama adalah keyakinan dan ketika seseorang meyakini agamanya, maka dia akan mencintai agamanya, tetapi Islam sendiri terdiri dari berbagai golongan dimana masing-masing golongan merasa Islam-nya lah yang paling benar.

Situasi seperti inilah yang kemudian menimbulkan gesekan-gesekan antar umat Islam, dimana setiap kesalahan dari umat Islam dari golongan yang satu akan dipolitisir oleh umat Islam dari golongan lain-nya. Bahkan dijadikan alat untuk menghakimi seseorang dengan tuduhan menista agama serta kemudian dikafir-kafirkan, padahal yang berhak menilai benar atau tidaknya serta kafir atau tidaknya seorang muslim adalah hanya Allah SWT dan bukan imam dari suatu golongan tertentu.

Penulis adalah Ketua Fraksi Hanura DPR RI

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

BTN Virtual Property Expo Menjawab Kebutuhan di Masa Pandemi

JAKARTA-PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. kembali menggelar pameran perumahan

Mgr Mandagi, MSC: Pesparawi Altar Perdamaian

AMBON-Di tengah hangatnya suhu perpolitikan di Indonesia, Uskup Keuskupan Amboina