Disamping itu kata dia, investor sedang menunggu keputusan rapat bank sentral AS. Sebab beberapa data ekonomi AS yang telah dirilis mengindikasikan The Fed akan menekan suku bunganya. “Data ekonomi AS yang cenderung melambat akan menekan dollar AS,” kata dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, rupiah terpuruk setelah Standard & Poor Ratings Services (S&P) merevisi peringkat utang Indonesia menjadi stabil dari positif. Menurut S&P, pemerintah Indonesia telah mengulur-ulur momentum reformasi ekonomi. “Revisi peringkat ini semakin membuat rupiah tertekan,”tutur dia.
Namun demikian kata dia, aksi profit taking akhir pekan diperkirakan bisa membatasi pelemahan rupiah. “Penjagaan ketat bank sentral di pasar uang juga mampu menahan rupiah,” pungkas dia.