Setnov Tersangka, Suhu Politik Golkar di NTT Semakin Memanas

Monday 24 Jul 2017, 2 : 54 am
by

JAKARTA-Keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan status tersangka kepada Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto, jelas berimplikasi secara politik, bukan saja kepada perpolitikan secara nasional akan tetapi juga pada konstelasi politik di NTT di 20108 nanti.

Pasalnya, Setnov yang juga anggota DPR dari Dapil II NTT, memiliki pengaruh sangat kuat dalam mengendalikan partai beringin di NTT.

“Kuatnya pengaruh itu akan mengganggu proses pencalonan gubernur/bupati di internal Golkar bahkan terhadap Partai Politik lain yang sudah membangun koalisi dengan Partai Golkar dalam menghadapi pilgub/pilbup serentak tahun 2018,” ujar salah seorang tokoh NTT, Petrus Salestinus di Jakarta, Minggu (23/7).

Menurutnya, tarik menarik kekuatan kubu politik di Golkar sulit dielakan. Akibatnya, Golkar terpolarisasi dalam beberapa kubu politik di NTT mengikuti kubu-kubu yang muncul di pusat. “Ada kubu Iban Meda yang didukung mayoritas DPD Golkar di NTT dan ada kubu Melki Lakalena yang merasa punya cantelan langsung dengan Setnov,” imbuhnya.

Bahkan kubu-kubu yang terpolarisasi di NTT akan mengikuti kekuatan kubu-kubu yang muncul di pusat yang hendak menanamkan pengaruhnya di NTT dan daerah lainnya.

Dia melihat, dua kubu politik yang terpolarisasi ini, akan saling tarik menarik adu kekuatan bahkan saling menegasikan yang satu terhadap yang lain dalam memperebutkan rekomendasi bakal calon Gubernur/Bupati/Walikota, sebagai akibat status tersangka Setya Novanto.

Munculnya banyak kubu sebagai hal yang wajar, sehingga masing-masing kubu akan melakukan gerilya politik, baik yang hendak mempertahankan posisi Setya Novanto, maupun yang hendak menggulingkan Setya Novanto melalui kasus korupsi e-KTP, akan mewarnai dinamika politik pilgub dan pilbub di NTT.

Dia menilai, Partai Nasdem nampaknya lebih siap mengisi celah untuk menarik simpati publik yang mungkin saja berpaling muka dari Golkar akibat status tersangka Setnov ini.

Bahkan pergeseran kekuatan akan muncul dan berubah secara drastis, manakala berkas perkara Setya Novanto segera dilimpahkan ke Pengadilan.  Situasi ini  berimplikasi kepada status Setya Novanto berubah menjadi terdakwa.

“Dengan menyematkan status Terdakwa kepada Setya Novanto, maka suhu politik di Golkar semakin memanas,” tegasnya.

Alasannya, Setya Novanto bukan saja akan dinonaktifkan dari jabatan Ketua dan Anggota DPR RI, akan tetapi akan disusul dengan desakan pergantian Ketua Umum Golkar melalui munaslub.

“Demi menghadapi pilkada 2018, pileg dan pilpres 2019, Partai Golkar membutuhkan seorang Ketua Umum dengan legitimasi hukum dan politik yang tinggi, bahkan bisa saja muncul gerakan cabut mandat dari warga NTT terhadap Setya Novanto,” imbuhnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan Partai Golkar selalu memiliki dinamika politik yang sangat tinggi. Hal ini beralasan mengingat Golkar sudah diposisikan menjadi fundasi dalam pembangunan politik di Indonesia.

Sehingga antara kader Golkar yang bermasalah dengan kader Golkar dalam posisi aman, selalu terjadi tarik menarik kepentingan yang senantiasa menarik perhatian publik.

“Lihat saja status Setya Novanto baru dicekal sebelum jadi tersangka, sudah muncul wacana Munaslub. Dan ini melahirkan polarisasi kekuatan-kekuatan di internal Golkar dengan munculnya 5 tokoh gaek Partai Golkar yang berpengaruh, yang mencoba menentukan arah politik Golkar ke depan. Ada kubu Abu Rizal Bakrie, Akbar Tanjung, Jusuf Kala, Luhut B Panjaitan dan Setya Novanto,” ulasnya.

Setya Novanto imbuhnya pasti masih berusaha keras secara politik untuk meloloskan diri dari status tersangka di KPK. Namun rasanya sulit, karena kasus korupsi e-KTP ini, menghadapkan Setya Novanto dengan KPK yang tidak mengenal kompromi.

Untuk pilkada di NTT, bisa muncul calon alternatif di luar Iban Meda dan Melki Lakalena. “

Jika saja muncul kubu alternatif yang menentukan calon lain di luar kedua kader Golkar tadi yaitu Meda dan Lakalena, maka akan muncul dinamika politik di pilkada NTT yang semakin menarik karena bisa saja Meda dan Melki Lakalena tetap maju dengan menggunakan infrastruktur politik di luar Partai Golkar demi menjaga gengsi politik bahkan demi memelihara konstituen sebagai pintu cadangan menuju pileg 2019, sehingga konstestasi pilgub NTT akan diwarnai oleh konflik di dalam tubuh Golkar yang sedang memanas,” pungkasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Deflasi Februari 0,36%, Tertinggi Sejak 1986

JAKARTA-Perkembangan harga komoditas selama Februari 2015 secara umum memperlihatkan penurunan

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Terhadap Anak Tunarungu di Tangsel

TANGERANG-Kepolisian sektor Pamulang, Polres Tangerang Selatan (Tangsel), masih menyelidiki dugaan