BI meyakini berbagai langkah kebijakan tersebut akan dapat mengembalikan trajectory ekonomi Indonesia, baik dari sisi pertumbuhan, eksternal, maupun fiskal, ke arah yang lebih sustainable dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Keyakinan tersebut ditopang oleh beberapa faktor pendukung, yaitu:
1. ketahanan sistem keuangan Indonesia yang saat ini tetap kuat dan terjaga dengan baik, suatu kondisi yang sangat berbeda dibandingkan ketika Indonesia menghadapi krisis Asia 1997 dan krisis keuangan global 2008;
2. komitmen Pemerintah dan BI untuk menjalankan disiplin fiskal dan disiplin moneter sebagaimana track record Indonesia selama ini;
Dan 3. keberadaan berbagai kerjasama internasional yang telah dijalin oleh BI dan Pemerintah, baik dalam bentuk Jaring Pengaman Keuangan Internasional maupun komitmen pembiayaan dari berbagai negara mitra dan lembaga keuangan internasional.
Indikasi bahwa perekonomian Indonesia dalam waktu yang tidak terlalu lama akan kembali ke trajectory yang lebih sustainable tampak pada hasil asesmen terkini yang baru saja dirilis oleh BI pasca Rapat Dewan Gubernur 13-14 April 2020.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, dampak negatif dari kontraksi ekonomi global dan upaya pencegahan penyebaran COVID-19 diprakirakan terjadi terutama pada triwulan II dan III 2020, untuk kemudian mulai membaik pada triwulan IV 2020.
Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi akan melambat menjadi 2,3% pada 2020 dan meningkat lebih tinggi pada 2021.
Dari sisi eksternal, berkurangnya kebutuhan impor barang dan jasa transportasi serta pembayaran imbal hasil investasi menyebabkan berkurangnya defisit transaksi berjalan sehingga memperkecil kebutuhan pembiayaan dari luar negeri secara signifikan.