JAKARTA-Nilai tukar rupiah dan mata uang rupiah telah menguat di tengah perbaikan sentimen emerging market (EM), hilangnya momentum dolar AS dan anjloknya harga minyak.
Sejak awal bulan, rupiah telah menguat sebesar 2,7% dan merosot ke bawah level kunci 15.000. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun turun sebesar 40 basis poin dan tampaknya telah stabil sedikit di atas 8%.
Penguatan ini luar biasa besar dibandingkan dengan yang dialami EM lain di kawasan Asia. Bahkan, pelemahan rupiah di pasar luar negeri telah mereda secara signifikan (1M mengimplikasikan tingkat suku bunga di luar negeri telah terhubung kembali dengan tingkat suku bunga dalam negeri).
“Penguatan rupiah dan berkurangnya tekanan di pasar aset Indonesia seharusnya memberi Bank Indonesia (BI) peluang untuk mempertahankan kebijakan suku bunga hari ini,” demikian hasil riset DBS Group Research Rabu (21/11).
Meskipun terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa suku bunga Indonesia telah keluar dari zona berbahaya, obligasi pemerintah Indonesia tampil menonjol sebagai salah satu yang paling menarik di antara obligasi dengan imbal hasil tinggi lain di Asia.
Komentari tentang post ini