Sulit, Indonesia Bebas Dari Utang

Monday 19 Aug 2013, 7 : 23 pm
Sejarahwan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam

JAKARTA-Indonesia tampaknya belum bisa merdeka dari jeratan utang.

Karena itu banyak pihak meragukan Indonesia bisa meraih keemasan.

“Kalau yang sudah dilewati 68 tahun, untuk Mencapai tahun kemerdekaan emas 100 tahun, menyisakan waktu 32 tahun lagi.  Apa mungkin bisa mencapai dalam waktu singkat permasalahan yang ada di bangsa ini,” kata Sejarahwan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam dalam diskusi bertema ’68 Tahun Kemerdekaan, Kemana Indonesia ?’ di  Jakarta , Senin (19/8) kemarin.

Menurut Asvi, dari estafet kepemimpinan di negeri ini,  terjadi penambahan utang dari periode kepemimpinan satu ke pemimpinan lainnya.

Di era Presiden Soekarno mewariskan utang sekitar 2,5 miliar dollar AS.

Di era mantan Presiden Soeharto setelah mangkat tahun 1998, utang negara membumbung mencapai 150 miliar dollar AS.

“Artinya, meningkat 6000 %,” kata Asvi.

Kemudian di masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, meninggalkan uang sebesar Rp 65 triliun.

Lalu di era Presiden susilo Bambang Yudhoyono utang yang berhasil dibukukan hingga saat ini mencapai Rp 690 triliun.

Dari perjalanan utang dari tahun ke tahun itu, Asvi menyimpulkan utang adalah permasalahan yang harus segera diatasi.

“Persoalannya kini adalah, sampai sejauh mana kita mampu mengelola risiko utang itu, karena selalu yang dikatakan rasio utang diperbaiki. Tetapi kalau ekonomi menjadi krisis, negara akan mengalami masalah serius seperti Yunani,” ingatnya.

Adanya Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Utang di bawah Kementerian Keuangan yang merupakan unit khusus yang dibentuk untuk mengatasi persoalan ini, menurut Asvi tidak bisa berbuat banyak.

Karena sejarah mencatat, utang negeri ini kepada bangsa lain makin tahun makin terus membengkak.

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Firmanzah mengakui dari segi nilainya jumlah utang Indonesia memang terus bertambah.

Tetapi, dari segi kemampuan membayar, pemerintahan saat ini jauh lebih baik.

“Kita tentu perlu melihat kemampuan kita membayar utang. Salah satu faktor kenapa kita mengalami krisis tahun 1998 adalah porsi utang kita terhadap PDB itu cukup tinggi, mencapai 150 %,” kata dia.

Berdasarkan  data Kementerian Keuangan, hingga akhir Juni 2013, utang pemerintah Indonesia tembus mencapai angka Rp 2.036,14 triliun.

Diakui, Firmanzah memang benar utang Indonesia mencapai lebih dari Rp 2.000 triliun.

Tetapi, dia mengingatkan PDB Indonesia jauh lebih tinggi dari utang yang ada.

Pada semester I 2013, kita berhasil mencatatkan investasi terbesar realisasinya di sektor riil sepanjang sejarah.

Tahun ini saja, porsi utang Indonesia hanya 23 %.

Artinya, beban utang negara tidak banyak mempengaruhi stabilitas perekonomian negara.

Karena itulah, di saat terjadi guncangan ekonomi yang kuat di dunia, perekonomian Indonesia yang sampai terguncang hebat karena masih berada dalam zona aman.

Kondisi ekonomi di Indonesia jauh lebih baik seperti yang dialami perekonomian Yunani dan Italia yang benar-benar bangkrut karena beban utang yang terlalu tinggi di negera tersebut.

Firmanzah meminta semua pihak melihat persoalan utang dapat dilihat lebih bijak.

“Amerika Serikat saja yang sudah merdeka dalam hitungan abad masih mempunyai permasalahan. Artinya, kita jangan berkecil hati dan mari bersama-sama menyelesaikannya,” imbaunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

TPDI

TPDI Tanyakan Kelanjutan Rekomendasi TGPF Kerusuhan Mei 1998 ke Pemerintah

JAKARTA–Kerusuhan Mei 1998 menjadi salah satu masa kelam dalam sejarah

Inflasi Juni 2020 Tercatat 0,18%

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada