Tantangan 20 Tahun Reformasi, Perbaikan Institusi Negara Diabaikan

Tuesday 29 May 2018, 1 : 24 am

JAKARTA – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menyebutkan bahwa selama 20 tahun Reformasi, ada mandat yang diajukan para generasi muda saat itu yang sudah terjadi, diantaranya perbaikan sistem, dan amandemen konstitusi. Tetapi ada yang masih diabaikan, yakni masalah perbaikan instituti-institusi negara, yang masih menyimpan banyak lubang. “Katakanlah lubang ideologi, tensi politik aliran, ketegangan antara kelompok, SARA dan sebagainya. Bukannya pemerintah itu hadir untuk menambal lubang-lubang itu, sehingga bangsa ini selesai secara ideologis. Ini malah dia datang merobek-robek lubang itu,” kata Fahri saat memberikan sambutan di acara Urun Rembug Alumni UI dengan dengan tema “Mencari Pemimpin Baru Bangsa, Quo Vadis Reformasi Kini” yang digelar di rumah dinas Fahri dibilangan Senayan, Jakarta, Senin (28/5/2018).

Bahkan, lanjut politisi dari PKS itu, pemerintah malah membuat orang makin bertengkar. Belum lagi memunculkan gerakan-gerakan ideologi  baru seperti ‘Saya Pancasila’, ‘Saya Indonesia’ yang dipakai untuk mendeskreditkan orang lain, seolah-olah orang lain itu tidak Pancasila, dan bukan Indonesia.

“Dan kita tahu, sponsor dari gerakan-gerakan ideologis baru ini adalah orang yang sebenarnya bukan hidup di Indonesia, dan jati dirinya bukan orang Indonesia. Apalagi kalau kita bilang dia aktivis, tetapi dalam kenyataannya tidak pernah memikirkan bangsa dan tiba-tiba bikin banner besar-besar ‘Saya Pancasila’, ‘Saya Indonesia’. Sehingga kalau muncul ketegangan sekarang, ya karena itu,” sebut Fahri lagi.

Termasuk partai politik saat ini, masih menurut Fahri, ditiadakan makna dan perannya, bahkan diadu domba. Terakhir yang paling menyakitkan adalah presidential threshold (ambang batas untuk pencalonan presiden) di Pilpres 2019. “Disaat pak Yusril sedang mengajukan judicial revew, dan kita sudah menetapkan presidential threshold supaya calonnya banyak, 0 persen. Dipaksa sama dia (pemerintah) menjadi 20 persen untuk mempersempit kandidat yang bakal pertarung di Pilpres 2019 nanti,” bebernya.

Lanjut Fahri, dengan presidential threshold 0 persen, akhirnya kandidat itu mau dipersempit, dan bahkan agar kandidatnya cuma satu. Untuk memuluskan niatnya itu, lanjut anggota DPR dari Nusa Tenggara Barat (NTB) itu, lawan-lawan mau dirangkul dan kalau tidak mau maka akan dipecah supaya hanya satu kandidat calon presiden (capres). “Yang saya bilang, otak kosong lawan kotak kosong,” sindir Fahri Hamzah.

Acara Urun Rembug Alumni UI yang dibarengi dengan buka puasa bersama itu, juga dihadiri para senior dari UI diantaranya bekas Mensesneg yang juga Ketua Umum PBB Yusril Ihzamha Mahendra, bekas Menaker Fahmi Idris, Rama Pratama, dan budaywan Taufik Ismail dan Ridwan Saidi dan lainnya itu. ***

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Tambah Modal, BNI Multifinance Perkuat Kinerja di Pasar Konsumer

JAKARTA-PT BNI Multifinance terus menyiapkan strategi ekspansi di pasar konsumer,

OJK Raih Penghargaan IFN 2014

KUALA LUMPUR-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berhasil mendapatkan penghargaan tingkat internasional