Target Stop Impor BBM, Pertamina Kebut Pembangunan Kilang Kapasitas 2 Juta Barel

Sunday 1 Mar 2020, 4 : 54 pm
by
Blok Corridor
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman

JAKARTA-Pertamina terus mengebut pengembangan kilang proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan pembangunan kilang baru proyek Grass Roof Refinery (GRR) guna mengejar stop impor BBM yang ditargetkan pada tahun 2026.

Nantinya kapasitas kilang yang saat ini 1 juta barel per hari akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta barel per hari, sehingga Pertamina menargetkan memenuhi kebutuhan BBM dari kilang sendiri tanpa ketergantungan dengan impor.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, menyatakan, pentingnya kilang bagi ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi nasional.

Saat ini Pertamina terus melakukan akselerasi pembangunan kilang, siang dan malam, sehingga dapat selesai lebih cepat dari yang ditargetkan.

“Pembangunan Kilang Balikpapan yang progressnya sudah lebih dari 13 persen, tahun ini ditargetkan mencapai 40 persen. Sementara target pembangunan Kilang Balongan dan Cilacap masing-masing 10 persen. Kita akan terus kebut, demi kepentingan nasional,” tegas Fajriyah.

Menurut Fajriyah, proyek RDMP dan GRR juga diintegrasikan dengan pembangunan industri petrokimia yang memiliki potensi bisnis Rp 40 – 50 triliun per tahun sejalan dengan target Pertamina untuk menjadi pemain utama bisnis petrokimia di kawasan Asia Pasifik.

Untuk itulah, kilang yang dibangun didesain dengan teknologi tinggi yang bisa mengolah jenis crude dari mana saja serta memiliki fleksibilitas tinggi untuk mengubah mode kilang menjadi petrokimia.

Besarnya peluang bisnis migas, menjadikan megaproyek RDMP dan GRR telah menarik para investor dunia untuk menanamkan modalnya , bahkan tak sedikit yang meminta menjadi mitra strategis.

“Pada Kilang Balikpapan saja ada sekitar 40 perusahaan yang meminta menjadi mitra kepada Pertamina, sehingga kita lakukan seleksi secara ketat. Begitu juga di kilang Balongan dan kilang lainnya,” imbuh Fajriyah.

Negosiasi dengan mitra bisnis dan investor, tambah Fajriyah, berjalan dengan baik. Sejumlah MoU dan kesepakatan bisnis telah ditandatangani antara Pertamina dengan berbagai pihak, seperti ADNOC, Mubadala, Rosneft, K-Sure dan lain sebagainya.

“Negosiasi dengan Saudi Aramco juga masih terus berlanjut dan solusinya adalah menerapkan skema seperti pada Kilang Balikpapan dengan cara toll fee untuk kilang lama, namun tetap berpartner untuk kilang baru di Cilacap,” ujar Fajriyah.

Progres di Lapangan

Proyek RDMP Balikpapan, sejak Februari 2019 telah efektif memasuki tahap Engineering, Procurement & Construction (EPC) untuk unit ISBL (Inside Battery Limit) dan OSBL (Outside Battery Limit).

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Bursa Asia Melemah, IHSG Berakhir di Bawah Level 7.300

JAKARTA-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup

Keuangan Global Dorong Indonesia Keluarkan Paket Kebijakan

JAKARTA-Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (UU-PPKSK) akan menjamin