Tingkatkan Mutu Gula Lontar, Kemenperin Bangun Dapur Sehat di Rote Ndao

Friday 16 Oct 2015, 12 : 57 pm
by
MoU Gula Lontar di Rote Ndao, NTT

KUPANG-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama PT. Arwana Citramulia Tbk. dan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao sepakat membangun Dapur Sehat untuk Industri Kecil Pengolahan Gula Lontar di Wilayah Kabupaten Rote Ndao,Nusa Tenggara Timur (NTT). Pembuatan dapur sehat bagi industri kecil pengolahan gula lontar di Rote Ndao, NTT bertujuan menciptakan tempat pengolahan yang layak dan sesuai dengan standard kesehatan sehingga gula lontar yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor

Kesepakatan tersebut dituangkan dalam MoU yang ditandangani oleh Dirjen IKM Kemenperin Euis Saedah, Direktur Operasional PT. Arwana Citramulia Tbk. Edy Suyanto, dan Kadisperindag Kabupaten Rote Ndao Nunuhitu yang mewakili Bupati Rote Ndao dengan disaksikan Sekjen Kemenperin Syarif Hidayat mewakili Menteri Perindustrian di Kemenperin, Jakarta, Kamis (15/10). “Diharapkan penandatanganan MoU ini dapat meningkatkan mutu gula lontar dalam negeri dan menghasilkan output sesuai dengan yang telah direncanakan,” tegasnya.

Euis menjelaskan, ruang lingkup kesepakatan mencakup penyediaan dapur produksi sesuai dengan prototipe yang telah disediakan. Selain itu, MoU ini mengatur tentang peningkatan SDM pengolahan gula lontar agar mampu memproduksi gula sesuai SNI ISO 9001 Tahun 2008 tentang manajemen mutu. “Disamping itu, juga terkait peningkatan mutu gula lontar berstandar ekspor serta pemasaran gula lontar di pasar nasional dan internasional,” jelasnya.

Menurutnya, pohon lontar memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat Rote Ndao karena merupakan warisan budaya yang tidak dapat ditinggalkan. Selain itu, lontar mencerminkan totalitas kehidupan orang Rote. “Lewat lontar, mereka membangun sejumlah kearifan lokal. Batang, bulir, daun, pelepah, nira, tulang daun, buah, sabut, dan pucuk lontar membangun peradaban dan budaya lokal mereka,” papar Euis.

Berdasarkan data Kabupaten Rote Ndao, terdapat perkebunan lontar seluas 15.398 Ha dengan kapasitas produksi 5.213 ton per tahun yang dihasilkan oleh 25.530 rumah tangga perkebunan. “Lontar merupakan tanaman multi fungsi dan sangat potensial untuk dikembangkan,” ujar Euis.

Misalnya, batang, daun, pelepah, dan tulang daunlontardapat dimanfaatkan untuk membangun rumah. Daunnya juga bisa dipakai untuk perkakas dapur, alat timba air yang disebut haik, dan penghias alat musik sasando. Pucuk daun yang berwarna putih dimanfaatkan masyarakat untuk menganyam topi lokal yang disebut ti’ilangga, pembungkus tembakau atau rokok tradisional, dan tulang daun untuk tali atau pengikat. Bahkan, mayang lontar disadap dan diolah menjadi gula. Berbagai macam produk yang dihasilkan dari sadapan lontar antara lain gula lempeng, gula cair, dan gula semut.

Semua produk olahan pangan tersebut sudah masuk ke pasaran untuk dikonsumsi oleh masyarakat baik secara langsung maupun menjadi bahan tambahan untuk olahan makanan lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan melalui perbaikan fasilitas masak atau dapur agar proses produksi berlangsung di tempat yang layak dan sesuai standar kesehatan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Kemenperin Fasilitasi Delapan IKM Kerajinan Tembus Pasar Eropa

JAKARTA-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) gencar memfasilitasi pelaku industri kecil dan menengah

Said Abdullah: Kerjasama PDIP-PPP Konkrit, Tak Ada Drama

JAKARTA-Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan