JAKARTA-Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( uang beredar dalam arti luas) mengalami perlambatan pada September dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Berdasarkan komponennya, perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari M1 dan Uang Kuasi.
Pada September 2015, M1 (uang kartal dan simpanan giro rupiah) dan Uang Kuasi (simpanan berjangka dan tabungan, baik dalam rupiah maupun valas, serta simpanan giro valuta asing) masing-masing tumbuh 12,0% (yoy) dan 12,5% (yoy), melambat dibandingkan dengan 14,6% dan 12,7% (yoy) pada Agustus 2015.
Deputi Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Andiwiana menjelaskan pada September 2015 posisi M2 tercatat sebesar Rp4.507,9 triliun, tumbuh 12,7% (yoy) atau melambat dibandingkan dengan Agustus 2015 (13,3% yoy).
“Melambatnya pertumbuhan M2 bersumber dari perlambatan pertumbuhan M1 dan Uang Kuasi2, sementara komponen Surat Berharga selain Saham tercatat meningkat,” ujarnya.
Sementara itu, komponen M1 (uang kartal dan giro rupiah) tercatat sebesar Rp1.063,0 triliun, tumbuh melambat menjadi 12,0% (yoy) dari 14,6% (yoy) pada Agustus 2015, terutama karena melambatnya pertumbuhan giro rupiah. Hal ini sejalan dengan perkiraan melemahnya konsumsi sebagaimana terindikasi dari Indeks Keyakinan Konsumen yang menurun pada September 2015.
Adapun posisi Uang Kuasi tercatat sebesar Rp3.425,6 triliun, atau tumbuh 12,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan Agustus 2015 (12,7% yoy). Melambatnya pertumbuhan Uang Kuasi terutama dalam bentuk simpanan berjangka (rupiah dan valas) dan giro valas sektor swasta, sementara tabungan (rupiah dan valas) tumbuh meningkat.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, penghimpunan simpanan masyarakat di bank (DPK)3 juga mengalami perlambatan pada September 2015. Posisi simpanan masyarakat di bank (DPK) tercatat sebesar Rp4.322,2 triliun, atau tumbuh 11,5% (yoy) melambat dibandingkan dengan Agustus 2015 (12,6% yoy).
Hal ini sejalan dengan masih melambatnya pertumbuhan ekonomi. “Pertumbuhan M2 yang melambat dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan tagihan kepada sektor lainnya,” jelasnya di Jakarta, Rabu (4/11).
Meskipun demikian, pertumbuhan kredit4 secara keseluruhan tercatat sedikit meningkat (10,9% yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (10,8% yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit kepada BUMN bukan lembaga keuangan, sementara kredit kepada sektor swasta tumbuh melambat (11,7% yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya (11,8% yoy).
Peningkatan pertumbuhan kredit tersebut terutama dalam bentuk kredit produktif, yaitu kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI). KMK tercatat sebesar Rp1.893,9 triliun, tumbuh 10,3% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan Agustus 2015. Peningkatan KMK terutama terjadi pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang masing-masing tumbuh dari 13,2% (yoy) dan 10,1% (yoy) pada Agustus 2015 menjadi 15,6% (yoy) dan 11,2% (yoy) pada September 2015.
Posisi kredit investasi September 2015 tercatat sebesar Rp976,4 triliun, tumbuh 13,0% (yoy) atau sedikit meningkat dibandingkan Agustus 2015. Peningkatan penyaluran kredit investasi terutama pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan dan sektor industri pengolahan, masingmasing sebesar 19,3% (yoy) dan 21,0% (yoy) dibandingkan dengan Agustus 2015 (16,9% dan 20,5% yoy).