Uang Beredar September Mencapai Rp4.507,9 Triliun

Wednesday 4 Nov 2015, 7 : 25 pm
by
ILustrasi

JAKARTA-Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( uang beredar dalam arti luas) mengalami perlambatan pada September  dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Berdasarkan komponennya, perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari M1 dan Uang Kuasi.

Pada September 2015, M1 (uang kartal dan simpanan giro rupiah) dan Uang Kuasi (simpanan berjangka dan tabungan, baik dalam rupiah maupun valas, serta simpanan giro valuta asing) masing-masing tumbuh 12,0% (yoy) dan 12,5% (yoy), melambat dibandingkan dengan 14,6% dan 12,7% (yoy) pada Agustus 2015.

Deputi Direktur  Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Andiwiana menjelaskan pada September 2015 posisi M2 tercatat sebesar Rp4.507,9 triliun, tumbuh 12,7% (yoy) atau melambat dibandingkan dengan Agustus 2015 (13,3% yoy).

“Melambatnya pertumbuhan M2 bersumber dari perlambatan pertumbuhan M1 dan Uang Kuasi2, sementara komponen Surat Berharga selain Saham tercatat meningkat,” ujarnya.

Sementara itu, komponen M1 (uang kartal dan giro rupiah) tercatat sebesar Rp1.063,0 triliun, tumbuh melambat menjadi 12,0% (yoy) dari 14,6% (yoy) pada Agustus 2015, terutama karena melambatnya pertumbuhan giro rupiah.  Hal ini sejalan dengan perkiraan melemahnya konsumsi sebagaimana terindikasi dari Indeks Keyakinan Konsumen yang menurun pada September 2015.

Adapun posisi Uang Kuasi tercatat sebesar Rp3.425,6 triliun, atau tumbuh 12,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan Agustus 2015 (12,7% yoy). Melambatnya pertumbuhan Uang Kuasi terutama dalam bentuk simpanan berjangka  (rupiah dan valas) dan giro valas sektor swasta, sementara tabungan (rupiah dan valas) tumbuh meningkat.

Sejalan dengan perkembangan tersebut, penghimpunan simpanan masyarakat di bank (DPK)3 juga mengalami perlambatan pada September 2015. Posisi  simpanan masyarakat di bank (DPK) tercatat sebesar Rp4.322,2 triliun, atau tumbuh 11,5% (yoy) melambat dibandingkan dengan Agustus 2015 (12,6% yoy).

Hal ini sejalan dengan masih melambatnya pertumbuhan ekonomi. “Pertumbuhan M2 yang melambat dipengaruhi  oleh perlambatan pertumbuhan tagihan kepada sektor lainnya,” jelasnya di Jakarta, Rabu (4/11).

Meskipun demikian, pertumbuhan kredit4 secara keseluruhan tercatat sedikit meningkat (10,9% yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (10,8% yoy). Peningkatan pertumbuhan  kredit  ditopang oleh kredit kepada BUMN bukan lembaga keuangan, sementara kredit kepada sektor swasta tumbuh melambat (11,7% yoy) dibandingkan dengan bulan sebelumnya (11,8% yoy).

Peningkatan pertumbuhan kredit tersebut terutama dalam bentuk kredit produktif, yaitu kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI). KMK tercatat sebesar Rp1.893,9 triliun, tumbuh 10,3% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan Agustus 2015. Peningkatan KMK terutama terjadi pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) yang masing-masing tumbuh dari 13,2% (yoy) dan 10,1% (yoy) pada Agustus 2015 menjadi 15,6% (yoy) dan 11,2% (yoy) pada September 2015.

Posisi kredit investasi September 2015 tercatat sebesar  Rp976,4 triliun, tumbuh 13,0% (yoy) atau sedikit meningkat dibandingkan Agustus 2015. Peningkatan penyaluran kredit investasi terutama pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan dan sektor industri pengolahan, masingmasing sebesar 19,3% (yoy) dan 21,0% (yoy) dibandingkan dengan Agustus 2015 (16,9% dan 20,5% yoy).

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Penghentian sementara perdagangan saham TIRA terbatas pada upaya untuk melakukan cooling down

Perkuat Modal, HEAL Berencana Private Placement 208,11 Juta Saham

JAKARTA-PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) berencana melakukan Penambahan Modal Tanpa

Janji Beri Dividen 50% dari Laba, Tapi Harga RELF Saat Listing Perdana Justru Anjlok

JAKARTA-Saat memulai transaksi perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada