BI Rate Naik 50 Bps

Thursday 29 Aug 2013, 7 : 31 pm
by

JAKARTA-Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) akhirnya memutuskan menaikkan BI Rate sebesar 50 basis points (bps) menjadi 7 persen, suku bunga Lending Facility (LF) sebesar 25 bps menjadi 7 persen dan suku bunga Fasilitas Simpanan BI sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen.

Hal tersebut seperti dikemukakan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi A Johansyah di Gedung BI Jakarta, Kamis (29/8). “Rapat Dewan Gubernur hari ini (29/8) memutuskan untuk memperkuat bauran kebijakan lanjutan,” kata Difi.

Selain menaikkan BI Rate, Lending Facility dan Fasbi Rate, kata Difi, BI juga akan memperpendek jangka waktu month-holding-period kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari enam bulan menjadi satu bulan. “BI juga memperhitungkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) sebagai komponen Giro Wajib Minimum (GWM) Sekunder,” ujarnya.

Bauran kebijakan selanjutnya, jelas dia, BI akan berupaya memperkuat kerjasama antarbank sentral dengan memperpanjang Bilateral Swap Arrangement (BSA) antara BI dengan Bank of Japan. “Kebijakan lanjutan ini memperkuat berbagai bauran kebijakan yang telah diputuskan sebelumnya,” katanya.

Bauran kebijakan yang telah diputuskan sebelumnya adalah lelang TD Valas overnight (o/n) dan SDBI, perluasan FX Swap sebagai instrumen hedging serta kebijakan loan-to-value ratio (LTV) kredit properti dan supervisory action dalam manajemen likuiditas dan penyaluran kredit.

Sementara itu, lanjut Difi, BI memperkirakan bahwa inflasi indeks harga konsumen (IHK) pada akhir 2013 akan menembus angka 9,8 persen (year-on-year). Tingginya level inflasi itu terutama berasal dari volatile foods dan administered prices. “Bank Indonesia memperkirakan inflasi IHK pada akhir 2013 akan berkisar 9-9,8 persen,” katanya.

Apabila diukur secara bulanan, kata Difi, inflasi IHK pada Agustus ini akan jauh lebih rendah dari Juli 2013 dan akan kembali ke pola normal pada September mendatang. “Sementara inflasi inti masih relatif akan terkendali,” imbuhnya.

Sebagaimana diketahui, laju inflasi tahun kalender Januari-Juli 2013 mencapai 6,75 persen dan inflasi IHK secara tahunan 8,61 perse (yoy) . Sedangkan inflasi komponen inti Juli 0,99 persen dan inflasi inti (yoy) 4,44 persen.

Difi menambahkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga masih akan berlanjut akibat tekanan pasar keuangan global maupun domestik yang terkait dengan tingginya defisit transaksi berjalan dan inflasi. “Pada 28 Agustus 2013, rupiah ditutup pada Rp10.945 per dolar AS atau terdepresiasi sebesar 11,9 persen secara point-to-point dari posisi akhir Desember 2012,” ucapnya.

Menurut Difi, BI menilai bahwa saat ini tingkat nilai tukar rupiah masih mencerminkan kondisi fundamental serta mendukung peningkatan ekspor dan penurunan impor dalam proses penyesuaian defisit transaksi berjalan. Namun demikian, jelas dia, ketidakpastian perkembangan rupiah masih relatif tinggi.

“Ketidakpastian perkembangan rupiah tercermin pada tingginya volatilitas dan lebarnya kisaran perdagangan, antara lain karena reaksi pelaku pasar yang cenderung berlebihan,” papar Difi.

Sementara itu, lanjut Difi, aktivitas perekonomian menunjukkan indikasi perlambatan sebagai dampak dari perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. “Sampai Semester I-2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,9 persen atau menurun dari kinerja 2012 yang mencapai 6,2 persen,” ujarnya.

Difi menambahkan, kecenderungan perlambatan ekonomi diperkirakan masih berlangsung pada Semester II-2013, terutama pada investasi non-bangunan dan konsumsi swasta. “Secara keseluruhan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2013 akan menuju batas bawah kisaran perkiraan 5,8 persen-6,2 persen,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Dukungan Cawapres Mengalir, Cak Imin Putuskan Akhir Tahun Ini

PEKALONGAN-Meski mendapat dukungan dari berbagai daerah untuk maju sebagai cawapres

Penyerangan YLBHI ‘By Design’ Menjatuhkan Jokowi

JAKARTA-Ketua Setara Institute, Hendardi menilai penyerangan Kantor YLBHI merupakan gerakan