Untuk Genjot CAR, Bukopin Tidak Prioritaskan Revaluasi Aset

Rabu 28 Okt 2015, 8 : 12 pm
by
ILUSTRASI

JAKARTA-PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) lebih tertarik menggelar right issue atau obligasi dibanding mengikuti kebijakan yang ditawarkan Direktorat Jenderal Pajak untuk melakukan revaluasi asset dalam rangka menggenjot rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR).

Sekalipun ada insentif pajak, tapi revaluasi asset kurang menarik karena hanya mendongkrak  modal sebesar Rp600 miliar.

“Revaluasi asset hanya permainan angka. Dan secara nominal tidak terlalu signifikan. Karena saya masih khawatir, saat ini ekonomi makro belum oke banget. Jadi pengennya sih, saya lakukan revaluasi asset itu hanya sebagai buffer,” kata Direktur Utama Bukopin, Glen Glenardi di sela-sela konferensi pers kinerja triwulan III-2015 di kantornya, Jakarta, Rabu (28/10).

Untuk itu, sekalipun dengan revaluasi asset ada insentif pajak penghasilan (PPh) final higga akhir tahun kena tarif 3 persen dari tariff normal 10 persen, pihaknya masih belum tertarik dan hingga akhir tahun dipastikan tidak akan melakukan revalauasi aset.

“Tapi tidak apa-apa lah (tidak melakukan revaluasi asset). Karena kontribusi ke CAR Cuma Rp600 miliar. Itu kecil banget. Karena umumnya bank itu asetnya di gedung. Kan lainnya sewa. Jadi kita mainin di belanja operasi (operating expenditure/opex) tidak di belanja modal (capital expenditure/capex), tuturnya.

CAR Bukopin sendiri saat ini masih terjaga di 14 persen. Masih relative aman.

Sementara aset korporasi per September  2015 itu mencapai Rp89,5 triliun.

“Tapi ke depan CAR kita akan tumbuh sesuai dengan keinginan regulator. Dan untuk menggenjot CAR itu langkah-langkahnya, selain revaluasi asset, kita focus ke right issue atau obligasi,” ujar Glen.

Memang kedua instrument itu tidak dapat ditempuh sampai akhir tahun ini, akan tetapi masih dapat dikejar di triwulan pertama tahun 2016 nanti.

“Kita akan lakukan itu. Dan sampai triwulan pertama (2016) masih bisa. Kecuali masuk kuartal kedua itu sudah mulai berat. Kita tidak bisa 14 persen lagi. Jadi yang penting corporate action,” ungkap dia.

Sementara untuk meningkatkan CAR yang saat ini di 14 persen, Glen mengakui membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Sebagai gambaran untuk bisa menggenjor ke angka Rp15 persen saja dibutuhkan dana sebanyak Rp2 triliun.

“Iya untuk bertumbuh ke 15 persen itu kita butuh dana antara Rp1,5-2 triliun,” pungkasnya. (TMY)

 

Komentar

Your email address will not be published.

Don't Miss

Hasto Kristiyanto

Bacawapres Pendamping Ganjar Sedang Dicari, Target Menang Pilpres

JAKARTA-Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan Bakal Cawapres

KemenkopUKM Telah Tindak Lanjuti Temuan BPK Terkait BPUM 

JAKARTA-Program Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) merupakan upaya pemerintah untuk