Persediaan AS Turun, Minyak Brent Capai US$80

Thursday 13 Sep 2018, 3 : 10 pm

NEWYORK-Minyak mentah berjangka naik pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan Brent menyentuh 80 dolar AS per barel, setelah persediaan minyak mentah AS turun lebih besar dari perkiraan dan sanksi-sanksi AS terhadap Iran menambah kekhawatiran atas pasokan minyak global. Minyak mentah Brent untuk pengiriman November bertambah 0,68 dolar AS menjadi menetap pada 79,74 dolar per barel di London ICE Futures Exchange. Patokan global ini sebelumnya sempat mencapai 80,13 dolar AS per barel, level tertinggi sejak 22 Mei.

Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober melompat 1,12 dolar AS menjadi ditutup di 70,37 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, tertinggi dalam satu pekan terakhir. Persediaan minyak mentah AS turun 5,3 juta barel pada pekan lalu, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Rabu (12/9). Lebih besar daripada perkiraan para analis untuk penurunan 805.000 barel.
“Saat ini, penarikan stok minyak mentah mencapai 5,3 juta barel, jauh lebih dalam dari penurunan (American Petroleum Institute) tetapi secara signifikan lebih besar dari penarikan normal sekitar satu juta barel untuk minggu khusus ini,” kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan.

Juga mendukung harga minyak adalah kekhawatiran pasokan sekitar sanksi-sanksi AS terhadap Iran. Sejak musim semi, ketika Pemerintahan Trump mengatakan akan memberlakukan sanksi, pedagang telah berfokus pada dampak potensial terhadap pasokan global. Sanksi-sanksi akan menargetkan ekspor minyak Iran mulai November. “Iran semakin menjadi keasyikan dari pasar minyak mentah. Dalam beberapa minggu terakhir telah melihat tekanan seperti yang diperkirakan pada aliran minyak mentah Iran yang mulai terbentuk, dengan arus keluar secara keseluruhan turun tajam,” kata konsultan JBC Energy.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak pada Rabu (12/9) memperingatkan dampak sanksi-sanksi AS terhadap Iran. “Ini adalah ketidakpastian besar di pasar, bagaimana negara-negara, yang membeli hampir dua juta barel per hari (bph) minyak Iran, akan bertindak. Situasi harus diawasi dengan cermat, keputusan yang tepat harus diambil,” katanya.

Novak mengatakan pasar minyak global “rapuh” karena risiko-risiko geopolitik dan gangguan pasokan, tetapi menambahkan negaranya dapat meningkatkan produksi jika diperlukan. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak pada 2019 dalam laporan bulanannya, dan mengatakan meningkatnya tantangan di beberapa negara berkembang dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi global.

OPEC mengatakan pihaknya memperkirakan pertumbuhan permintaan 1,41 juta barel per hari pada 2019, turun 20.000 barel per hari dari perkiraan sebelumnya. Pedagang-pedagang minyak juga mengamati perkembangan Badai Florence kategori 4, yang diperkirakan akan membuat pendaratan di Pesisir Timur AS pada Jumat (14/9).

Produksi minyak mentah tidak akan terpengaruh oleh badai besar, tetapi evakuasi lebih dari satu juta penduduk, serta bisnis, telah mendorong lonjakan permintaan bahan bakar dalam jangka pendek. Dolar AS yang lebih lemah juga membuat minyak yang dihargakan dalam greenback lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya. Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,47 persen menjadi 94,8035 pada pukul 15.00 waktu setempat (19.00 GMT).

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Produk Khas Jadi Andalan Industri di Daerah

JAKARTA-Pelaku usaha dan pemerintah daerah semakin bergairah mengembangkan industri kecil

BI Keluarkan Uang Rupiah dengan Desain Baru​

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) akan menerbitkan uang Rupiah NKRI dengan desain