Revisi UU KPK Perlu Guna Tajamkan Tupoksi

Tuesday 16 Feb 2016, 3 : 17 pm
Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

JAKARTA-Revisi UU Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah sebuah kebutuhan. Karena tujuan revisi itu menata dan menajamkan tugas, fungsi dan kewenangan KPK dan relasi penegakan hukumnya dengan lembaga penegak hukum lainnya. “Dewan pengawas atau apapun namanya sangat penting ada selama ditujukan untuk menjaga dan mengawal tugas-tugas KPK,” kata anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Gede Pasek Suardika di Jakarta, Selasa (16/2).

Dengan cara itu, kata mantan Ketua Komisi III DPR, maka KPK bisa berjalan lebih baik dan mencegah adanya penyimpangan kekuasaan, karena itu revisi tersebut menjadi penting juga untuk menajamkan tugas dan fungsi KPK.

Namun, kata mantan politisi Partai Demokrat ini, kekuasaan Dewan Pengawas KPK tidak boleh masuk di ranah due process of law, cukup pengawalan di tataran etik dan penegakan norma saja.

Pria asal Bali ini meminta kepada pihak yang selama ini menolak revisi UU KPK agar berhentilah melakukan propaganda dengan menstigmakan revisi UU KPK itu adalah gerakan pro koruptor. “Sebab harus jujur diakui banyak yang masih harus dipertegas pengaturan di UU KPK sehingga bisa bekerja lebih profesional,” katanya.

Gede Pasek menganggap bahwa yang penting materi revisi UU KPK adalah materi menyempurnakan semua kelemahan yang terjadi dalam praktik di KPK selama ini dan yang terpenting penataan itu untuk menajamkan tugas dan kewenangan KPK sekaligus rambu audit bila terjadi penyimpangan.

Untuk Semua

Senada dengan Pasek, Pakar Hukum Tata Negara, Margarito Kamis juga setuju terhadap wacana revisi UU KPK, khususnya mengenai dibentuknya badan atau dewan pengawas.

Posisi dewan pengawas itu, kata dia, bisa di luar dan bisa di dalam KPK sendiri. Dan yang terpenting dewan pengawas ini dibentuk untuk menghindari tirani demokrasi dan karena itu kita membuat kekuasaan terbagi-bagi.

“Kalau ditanya Dewan Pengawas apakah berada di luar atau di dalam KPK, saya lebih setuju berada di dalam KPK, semacam pengawas internal, melekat di dalam KPK,” kata alumni Universitas Hasanuddin ini.

Margarito malah berfikir, melihat situasi yang berkembang saat ini, dewan atau lembaga pengawas tidak hanya ada di KPK, tetapi di dua lembaga penegak hukum lainnya yakni Kepolisian dan Kejaksaan.

“Semua organisasi di dunia ini ada pengawasnya. Jadi kita buat dalam skala yang lebih besar lagi yakni membentuk Dewan Pengawas Penyidik untuk mengawasi tiga lembaga yakni KPK, Kepolisian dan Kejaksaan,” katanya.

Tiga lembaga penegak hukum ini, kata tidak tidak ada yang mengawasi soal prosedur penyelidikan dan penyidikan. “Ini perlu dipikirkan,” kata Margarito. **aec

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Selain itu, pemulihan ekonomi tahun 2022 dibarengi munculnya risiko baru yang harus dikelola seperti volatilitas harga komoditas, tekanan inflasi dan implikasi kenaikan suku bunga di negara maju, re-balancing ekonomi Tiongkok serta disrupsi rantai pasok, dan dinamika geopolitik

DIPA 2022 Diserahkan Presiden, Pelaksanaan APBN Dapat Dilakukan Awal Tahun

JAKARTA-Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemulihan ekonomi global
Perekonomian yang mulai menggeliat, didukung oleh faktor global dan domestik, membuka peluang yang besar bagi para investor untuk mendulang keuntungan

Menyiapkan Dana Pendidikan Dalam Setahun

Oleh: Krizia Maulana, Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia