93,5% Anak Indonesia Tak Konsumsi Sayur

Monday 16 Mar 2015, 2 : 04 am
by

JAKARTA-Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen (Ditjen SPK) Kementerian Perdagangan menggencarkan kampanye pentingnya menciptakan konsumen yang cerdas dan mandiri. Dalam talk show peringatan Hari Hak Konsumen Dunia, digelar Ditjen SPK bersama Kementerian Kesehatan dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), terungkap 93,5% anak-anak di atas usia 10 tahun kurang mengonsumsi sayur dan buah. Angka ini hanya sedikit menurun dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 93,6%.

Direktur Jenderal SPK Widodo mengajak setiap keluarga menjadi konsumen yang cerdas dalam mengatur pola konsumsinya. “Hak atas pangan yang sehat perlu dikampanyekan. Konsumen harus menjaga keseimbangan gizi agar terhindar dari berbagai penyakit,” tegas Widodo saat mengisi acara talk show di Auditorium RRI Jakarta Minggu (15/3).

Talk show memilih tema “Saatnya Bicara Masalah Obesitas Pada Anak, Demi Masa Depan yang Lebih Sehat”. Talk show ini merupakan rangkaian peringatan Hari Konsumen Nasional yang bertujuan mengampanyekan pentingnya pola konsumsi yang sehat berbasis sumber daya lokal untuk membentuk konsumen yang sehat, cerdas, dan mandiri. Tema Hari Hak Konsumen Sedunia 2015 yaitu “Healthy Diet” yang menekankan pada masalah obesitas.

Menurut Widodo, di Indonesia, penduduk dengan obesitas meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan karakteristik, masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi, dan pada kelompok status ekonomi yang tertinggi (profil kesehatan 2013).

Widodo memaparkan dari data Riset Kesehatan Dasar 2013, dapat dilihat prevalensi berat badan lebih dan obesitas meningkat menjadi 26,3% dibandingkan 21,7% pada 2010. Untuk anak usia 5-12 tahun terjadi peningkatan yang signifikan, dari 9,2% menjadi 18,8%. Demikian juga untuk kelompok anak sampai usia 18 tahun.

Sedangkan pola makan yang buruk, dari sumber data yang sama menunjukkan 93,5% penduduk di atas 10 tahun dikategorikan kurang mengonsumsi sayur dan buah. Angka ini sedikit menurun dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 93,6%. Sementara konsumsi mi lebih dari sekali seminggu pada anak usia 10-14 tahun mencapai 90,5%. Sedangkan 51% mengonsumsi lebih dari 3 kali seminggu. “Dikhawatirkan pola ini tidak akan menghasilkan pemenuhan gizi yang baik,” jelas Widodo.

Selain itu, penduduk di atas 10 tahun mengonsumsi makanan berisiko cukup tinggi, yaitu 53% makanan manis, 41% makanan berlemak, 26% makanan asin, serta 77% mengonsumsi bumbu penyedap.

Dari informasi ini Widodo mengatakan, lengkap sudah berbagai faktor pemicu penyakit tidak menular pada bangsa Indonesia. “Ketersediaan dan pola makan yang sehat dirusak oleh ketersediaan, akses, dan kerterjangkauan produk-produk pangan olahan yang tinggi lemak, gula, dan garam. Produk-produk semacam ini juga sangat gencar dipromosikan dan dipasarkan, mengalahkan pasar pangan lokal yang lebih sehat. Kita perlu perubahan lingkungan untuk membantu konsumen memilih pola makan yang lebih sehat,” jelas Widodo.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Tarif Cukai Plastik Berbahan Nabati Bisa Lebih Rendah Dari Rp30.000/Kg

JAKARTA-Direktur Jenderal Bea dan Cukai (Dirjen BC) Heru Pambudi mengatakan

OJK Cabut Ijin Usaha PT BPRS Hareukat Banda Aceh

JAKARTA-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai otoritas pengatur dan pengawas lembaga