SURABAYA-Aksi Calon Gubernur Jawa Timur, Soekarwo menggunakan helikopter selama kampanye di Jawa Timur menuai kritik. Aktivis Komite Bangkit Indonesia dan Gerakan Indonesia Bersih Adhi Massardi menilai sikap pasangan Karsa ini merupakan bentuk pameran kemewahan dimata rakyat yang sedang susah. Karena itu, dia meminta aparat penegak hukum untuk menyelidiki sumber dana dari pasangan Karsa ini. “Saya kira, rakyat Jawa Timur saat ini, sedang disuguhi parade kemewahan dari pasangan Karsa. Ini menjadi tugas aparat hukum adalah menyelidiki sumber uang ini. Darima asal uang yang di hamburkan oleh Karsa ini,” jelas Adhi di Surabaya, Jumat (23/8).
Seperti diberitakan, tim pemenangan Karsa menyewa Helikopter dari sebuah maskapai penerbangan. Sedangkan tariff helicopter ini setiap hari, helikopter Rp 45 juta.
Menurut dia, aksi Cagub Jatim Sukarwo pamer kemewahan saat menyapa warga Jatim dengan Helikopter saat kampaye tidak bisa diterima akal sehat sekalipun dengan alasan efesiensi waktu. Aksi ini sangat bertolak belakang dengan jargon Karsa yang pro rakyat. Justru penggunaan helicopter ini menjauhkan Karsa dari rakyat. “Apapun alasannya, ini mencederai perasaan warga Jatim terutama pada golongan masyarakat kecil. Masyarakat miskin sangat menderita hidupnya, Anehnya, cagub yang juga petahana ini naik heli saat menyapa kewarganya,” sindirnya.
Sementara itu, pengamat politik Dahlan menilai penggunaan helicopter ini mengindikasikan sosok pemimpin yang tidak merakyat. “Lag utility yang semakin lebar antara kemampuan dalam menngunakan kendaraan yang semakin lebar. Jika mobil, semua rakyat pasti pernah merasakan. Namun jika halicopter yang dipergunakan untuk kampanye, maka perbedaan kemampuan utility semakin nyata. Ini adalah karakter pemimpin yang tidak merakyat,” tegas dia.
Memprihatikan
Secara terpisah, peneliti Senior Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus mengatakan kemewahan yang diperlihatkan pasangan Karsa ini memprihatinkan, kendati secara legal-formal tidak ada yang salah dengan penggunaan helikopter berbanderol Rp 45 juta per hari itu. Namun pesan kemewahan yang dibawa oleh helikopter itu langsung menyindir kemiskinan sebagian pemilih yang menjadi sasaran kampanye Tim Karwo. “Pesan kampanye dengan helikopter sebagai mediumnya sungguh tidak selaras dengan harapan public,” jelas dia.
Saat ini, kata Lucius, public menantikan figur pemimpin yang sederhana dan empati dengan warga. Karena itu, mempertontonkan kemewahan dihadapan publik jelas bertolak belakang dengan semangat pro rakyat yang menjadi jargon tim Karsa. “Jika warga masih miskin, sesungguhnya tipe pemimpin pekerja keras yang diharapkan. Menghambur-hamburkan duit untuk meraih kekuasaan jelas merendahkan kemiskinan masyarakat. Apalagi Karsa merupakan incumben dalam Pilgub Jatim,” tegas dia.
Saat ini kata dia, banyak masalah publik yang belum tuntas dari periode sekarang, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan warga. Upaya serius untuk mengatasi Lapindo misalnya hingga sekarang masih menyisakan masalah. “Sesungguhnya Karsa tak perlu melakukan sesuatu yang luar biasa di masa kampanye ini karena waktu pemerintahannya selama ini sesungguhnya menjadi lahan kampanye yang dirasakan masyarakat. Ketika perubahan tak juga berpihak pada masyarakat kecil, artinya pemimpin itu sesungguhnya telah gagal. harusnya refleksi kegagalan itu yang menjadi materi utama kampanye Karsa demi meraih simpati, bukan menyewa helikopter yang semakin menelanjangi keengganan pemimpin untuk bekerja kerasa bersama rakyat,” pungkas dia.