Deklarasi “Malioboro” untuk Rakyat Indonesia

Monday 7 Jul 2014, 7 : 36 pm
by
Pembacaan "Deklarasi Malioboro" di Gedung DPRD, Yogyakarta, Senin (7/7)

YOGYAKARTA-Sekitar 20 wartawan mewakili para pekerja pers yang bekerja di Jogyakarta meminta maaf kepada rakyat Indonesia karena telah tidak memberikan pendidikan politik cerdas serta demokrasi yang baik  kepada rakyat Indonesia terkait erat dengan kampanye pilihan presiden (pilpres) 2014. Pernyataan maaf itu tertuang dalam “Deklarasi Malioboro” yang diserahkan kepada Wagub DIY, Sri Paduka Paku Alam IX di Gedung DPRD DIY, Senin (7/7).

Deklarasi Malioboro adalah pernyataan hasil kesepakatan para pekerja media yang ingin mengembalikan kerja profesi wartawan ke khitahnya mengingat pilpres 2014 membuat persatuan, integritas dan kerja professional sebagai wartawan terbelah. Mereka mengakui bahwa kampanye Pilpres 2014 merupakan pelajaran terbaik bagi kerja insan pers  yang sangat mempengaruhi masa depan bangsa dan negara Indonesia.

Sebelum diserahkan kepada Paku Alam IX, Deklarasi Malioboro dibacakan oleh Ketua PWI Jogyakarta, Sihono dan disaksikan oleh para wartawan yang antara lain termasuk, Kusno Utomo (Radar Jogya), Taufiq (Tribun Jogya), Santosa (ANTV), Adi Prabowo (Sorot Jogya), Bagus Kurniawan (Detik), Primaswolo (Kedaulatan Rakyat) dan Fauzi (Sindo Jogya).  Kata “Malioboro” diambil dari  nama jalan di mana  DPRD berdiri yakni Jalan Malioboro, yang merupakan ikon kota Jogyakarta.  Hadir juga dalam deklarasi itu adalah Ketua DPRD DIY Yoeke Indra, Wakil Ketua Sukedi (Partai Demokrat) dan anggota DPRD Arif Nur Hartanto (PAN). “Kami yang hadir di sini, dengan  kerendahan hati menyadari penuh artinya masa depan bangsa dan negara Indonesia yang tidak boleh terpecah-pecah. Indonesia adalah satu tak terbagi. Sehingga kami saling mengapresiasi niat baik dan tugas kami masing-masing. Akhirnya kami sepakat untuk kembali ke khitah tugas professional kami,” ujar Agung PW salah satu deklarator.

Menurut Sihono, wartawan Jogyakarta benar-benar merasa prihatin karena masyarakat sangat jelas mempertanyakan kenetralan dalam bekerja terkait dengan pilpres 2014. Karena pertanyaan itu, wartawan Jogyakarta merasa belum sepenuhnya memberikan edukasi politik secara baik dan cerdas.

Wartawan Jogyakarta sangat berharap rekan-rekan wartawan di kota lain akan mengikuti jejak mereka demi Indonesia yang bermasadepan lebih menjanjikan, memberikan harapan serta memberikan hidup tanpa harus terpecah-pecah khususnya bagi generasi mendatang yakni anak-cucu rakyat Indonesia.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Harus Paham Kerja, Dewas KPK Jangan Sampai Makan Gaji Buta

JAKARTA-Keberadaan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar lembaga anti

Kader Muda Golkar Kota Bekasi Bentuk Sahabat Ganjar

BEKASI-Jalan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk bisa melenggang ke