RI Perlu Waspadai Fenomena Yunani

Tuesday 30 Jun 2015, 10 : 04 am
by

JAKARTA-Pemerintah Indonesia harus mewaspadainya krisis Yunani kendati pengaruh krisis yang terjadi di negeri para dewa Yunani ini tidak berdampak secara langsung ke domestik. Pasalnya, dampak lanjutannya seperti kian menguatnya mata uang dollar AS terhadap mata uang negara emerging market, termasuk Indonesia bakal terjadi. Hal ini diingatkan oleh Senior Economist Standard Chartered Bank (SCB) Indonesia, Eric Sugandi, saat acara buka puasa bersama media, di Jakarta, Senin (29/6).

Saat ini, Negara-negara Eropa mitra Yunani menutup pintu perpanjangan masa pembayaran hutang. Kondisi itu membuat negara tersebut mengalami gagal bayar yang dapat menjadikannya dikeluarkan dari zona Euro dan menyebabkan efek domino terhadap ekonomi Eropa dan lainnya.

Hal itu membuat Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras, bakal menggelar referendum 5 Juli nanti untuk menentukan nasib Yunani di Uni Eropa.  Menurut Eric, dari data survey terbaru, memang menyebutkan sebanyak 70 persen rakyat Yunani masih mengharapkan untuk bertahan di Uni Eropa dan menggunakan euro. “Kondisi ini memang menyebabkan ketidakpastian. Bagi kita sih, impact-nya tidak terjadi secara langsung melainkan lebih ke indirect melalu currency (mata uang),” tandas Eric.

Impact yang tidak langsung ini, karena memang Yunani bukan lah sebuah negara yang penting bagi Indonesia. Dalam arti, Yunani bukan sebagai investor penting di Indonesia dan juga bukan mitra dagang utama dengan Indonesia. Kendati begitu, kata dia, Indonesia tetap harus wasapada.

Indirect impact yang dia maksud adalah, dengan yang terjadi di Negeri Dewa itu, membuat mata uang dolar AS akan menguat jauh terhadap euro atau pun terhadap mata uang emerging market lainnya, termasuk Indonesia. “Yang jelas, kalau saat ini kondisi Yunani itu masih terus menggantung dan dollarnya akan terus menguat, tentu ada potensi risiko juga. Tapi seberap besar risikonya, saya belum bisa menghitungnya,” kata dia.

Tren dollar yang terus menguat itu disebutnya sebagai Super Dollar. Kondisi ini terus dipengaruhi oleh adanya ekspektasi, bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga. Sehingga akan banyak dana yang kembali ke sana. Selain itu, Bank of China di Tiongkok akan memangkas suku bunga, dan juga terkait erat dengan kasus Yunani ini.

Kondisi itu semua akan berdampak terhadap rupiah yang bisa tertekan dan juga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan melemah, apalagi saham di regional juga kompak di jalur merah. “Jadi dampak tidak langsungnya itu akan lewat jalur finansial,” ungkap Eric.

Sebelumnya, Yunani harus membayar utang senilai 1,6 miliar euro kepada Dana Moneter Internasional (IMF) dan pada Selasa (30/6) ini dinyatakan bangkrut. Sejumlah negara lain Eropa bersedia memberikan dana talangan untuk Athena namun dengan sejumlah syarat perubahan anggaran. (TMY)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Terapkan MVS, BEI: IPO GOTO Jadi Pembuka Bagi Startup Lain Go Public

JAKARTA-Meski penerapan klasifikasi saham dengan hak suara multipel (multiple voting

Pertumbuhan Ekonomi 2017 Capai 5,1%

JAKARTA-Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2017