Muktamar NU Jangan Seperti Parpol

Kamis 30 Jul 2015, 2 : 34 pm
harianterbit.com

JAKARTA-Perhelatan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) menjadi perjalanan yang amat penting. Karena itu pihak-pihak yang terlibat dalam suksesi pemilihan pemimpin baru NU untuk mengedepankan semangat persatuan. “Jangan sampai di Muktamar Jombang malah ada perpecahan di NU, seperti terjadi di partai politik atau PSSI,” kata Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali pada wartawan di Jakarta, Kamis (30/7/2015)

Lebih jauh As’ad menambahkan Muktamar harus bisa menyatukan para tokoh dan kader dalam rangka menyongsong satu abad organisasi ulama ini. “ Jangan sampai muktamar Jombang ini malah menyebabkan NU pecah. Muktamar Jombang harus menjadi momentum nahdloh tsaniyah (kebangkitan kedua),” tegas mantan Wakil Kepala BIN.

Seperti diketahui Muktamar NU rencananya digelar 1-5 Agustus 2015 ini di Jombang, Jawa Timur. Untuk itu As’ad meminta pihak-pihak yang terlibat dalam suksesi pemilihan pemimpin baru NU untuk mengedepankan semangat persatuan. “Jangan sampai di Muktamar Jombang malah ada perpecahan di NU, seperti terjadi di partai politik atau PSSI,” kata alumni Pesantren Krapyak Yogyakarta ini.

As’ad yang belakangan menyatakan siap maju sebagai calon ketua umum PBNU berharap, Muktamar Jombang membicarakan langkah-langkah strategis menyongsong peringatan 100 tahun NU. “Muktamar harus dilandasi semangat menyambut satu abad NU. Organisasi NU adalah organisasi kemasyarakatan yang sangat kuat dengan memegang prinsip tawasuth (moderat), tawazun (proporsional) dan tasamuh (toleran) dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” ujarnya.

Menurut As’ad, NU dianggap paling cocok untuk mengatasi berbagai persoalan keagamaan yang berkembang. Tahun 2014 lalu bahkan warga muslim di Afganistan mendeklarasikan berdirinya organisasi NU Afganistan atau NUA dengan format yang mirip dengan NU yang ada di Indonesia.

Dengan demikian kata As’ad, NU akan tetap menjadi ormas Islam yang besar, bersih dan berwibawa, serta rahmatan lil alamin. Meski demikian penataan dan konsolidasi organisasi perlu terus dilakukan di lingkungan internal NU menghadapi berbagai tantangan dan perubahan.

Pada usia menjelang 100 tahun NU dihadapkan dengan beberapa perkembangan. Antara lain, warga NU sudah tersebar tidak hanya terkonsentrasi di desa tetapi juga di kota-kota besar di Indonesia. Selain itu, generasi NU sudah tidak didominasi oleh para ahli agama Islam. “Kita sekarang punya kekuatan baru yakni kalangan pebisnis, birokrat, akademisi, politisi dan kaum profesional. Semua ingin bergabung menguatkan NU tapi tidak tahu jalannya. Ini perlu kita pikirkan, kalau tidak kader kita ini akan diambil orang lain,” pungkasnya. **cea

Komentar

Your email address will not be published.

Don't Miss

PT Vale Raih Laba USD 10,0 Juta

JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) kembali mencatat kinerja yang

Bio Farma Nyatakan 100% Siap Terima Bibit Vaksin Covid Dari Eijkman

JAKARTA-Juru Bicara Vaksinasi PT Bio Farma (Persero), Bambang Heriyanto mengaku