Analisa Elliott Wave Sebut IHSG di 2022 Bisa Sentuh Kisaran 6.200-6.000

Tuesday 11 Jan 2022, 9 : 18 pm
UNVR, ASII, BBCA, AALI, BSDE, TLKM, SMGR
Ilustrasi

JAKARTA-Analisa Elliott Wave yang dilansir PT Kanaka Hita Solvera menyingkap bahwa pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di 2022 bisa menyentuh bottom di level 6.200-6.000, meski sebelumnya akan menyentuh level 6.754 dan running ke posisi 7.000.

“Saat ini Wave [3] IHSG berada di level 6.754 yang merupakan resistance terdekat. Kalau mampu break di level ini, maka IHSG akan running ke Wave [5] (Level 7.000,” ujar analis PT Kanaka Hita Solvera, Wijen Pontus kepada media di Jakarta, Selasa (11/1).

Namun, Wijen mengungkapkan bahwa selama kurun tiga sampai empat bulan ke depan, laju IHSG akan mengalami penurunan cukup dalam yang secara berturut-turut menuju Wave (A) dan Wave (B) yang dilanjutkan ke posisi Wave (C) di level 6.000-an.

“Lalu kemudian bullish terus hingga tahun-tahun ke depan. Tetapi, bottom di 2022 pada level 6.000-6.200,” katanya.

Berdasarkan catatan Kanaka Hita Solvera (B-Trade Elliottician), Wave [1] terjadi pada 31 Agustus 2020, Wave [2] pada 11 September 2021, Wave [3] pada 21 Januari 2021 dan Wave [4] terjadi pada 21 Mei 2021.

“Kalau Wave (5), arahnya confirm menuju level 7.000, kalau ada berita ekonomi yang bagus, maka akan ke 7.100,” ucap Wijen.

Secara umum, menurut Wijen, pergerakan IHSG di tahun ini akan serupa dengan pola pergerakan di 2021.

“Pada tahun ini saham big cap yang bergerak naik, jumlahnya tidak banyak atau selektif seperti di 2021. Karena, ekonomi domestik belum sepenuhnya pulih dan ditambah lagi dengan isu tapering dari The Fed,” tuturnya.

Dia mengatakan, sentimen positif yang akan mempengaruhi pola pergerakan IHSG di 2022 bersumber dari trade balance Indonesia yang berada dalam tren membaik dan kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang rendah.

“Ekonomi juga dalam tren pemulihan, tetapi ini untuk sepanjang 2022, karena di semester kedua yang akan lebih baik,” imbuhnya.

Sementara itu, kata Wijen, terdapat faktor-faktor eksternal yang perlu diwaspadai di tahun ini, terutama kebijakan tapering-off dari The Fed di tengah peningkatan laju inflasi AS.

“Untuk menyikapi kondisi ini, BI harus meningkatkan koordinasi dengan pemerintah, agar tidak terjadi capital outflow,” tegas Wijen.

Adapun sentimen lain yang masih harus dicermati, ucap Wijen, terkait dengan peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 varian Omicron di sejumlah negara maju.

“Kalau di Indonesia, jumlah kasus tertinggi diyakini sudah terjadi di 2021, saat muncul varian Delta,” ucapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

MPR : Rakyat Butuh Teladan Dari Penyelenggara Negara

AKARTA-Ketua MPR RI Zulkifli Hasan berharap Unit Kerja Presiden Pembinaan

Intan: Pasar Tradisional Cermin Pertumbuhan Ekonomi Rakyat

BEKASI-Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Intan Fitriana Fauzi mendorong Pemerintahan