Australia Cemas Indonesia Beli Kapal Selam Rusia

Rabu 27 Nov 2013, 4 : 14 pm
viva.co.id

JAKARTA-Australia melakukan aksi penyadapan terhadap Indonesia, lantaran sangat cemas saat Indonesia bernegosiasi dengan Rusia terkait rencana memperkuat pertahanan lauy lewat kapal selam canggih.

“Kalau tidak salah, penyadapan yang dilakukan Australia itu sekitar 2009, dimana saat itu Indonesia sedang berkomunikasi dengan Rusia guna membeli dua Kapal Selam kelas Kilo,” kata pengamat politik LIPI, Jaleswari Pramodhawardani dalam diskusi “Menakar Hubungan Indonesia-Australia Pasca Penyadapan” di DPD RI, Rabu, (27/11).

Melihat rencana pembelian kapal selam itu, lanjut Dani, maka buku putih Australia soal pertahanan militernya langsung di robek-robek. “Pembelian kapal selam itu, jelas menjadi security dilema,” ucapnya.

Menurut Dani-panggilan akrabnya, setiap negara yang memperkuat pertahanannya militernya bisa dipastikan akan mengganggu negara tetangganya, termasuk yang ditunjukkan Australia. “Begitupun saat Indonesia membeli Tank Leopard, pastilah baik Singapura maupun Malaysia juga akan bereaksi,” tambahnya.

Namun demikian perlu ada kalkulasi lebih jauh, kata Dani, apakah perlu memutuskan hubungan diplomatik dengan Australia. “Apakah kita sudah bisa hidup tanpa Australia,” ucapnya sambil menekankan bagaimana juga Indonesia hidup dalam arus global yang tak bisa terelakkan.

Sementara itu, anggota DPD RI,  Poppy Dharsono mengungkapkan penyadapan bukan hanya untuk mengetahui strategi pertahanan militer. Namun juga berlaku untuk pertahanan ekonomi. “Saya kira 97% Sumber Daya Alam  negara kita sudah dikuasai asing, artinya kita ini sudah dijajah sebetulnya,” terangnya.

Poppy tak membantah aksi penyadapan Australia ini, karena lawan menguasai teknologi canggih. “Isi sadapan, pasti yang terbuka di permukaan saja. Saya yakin AS dan Australia sangat berkepentingan dan mereka lebih pintar dalam penguasaan teknologi,” ucapnya.

Begitu pula dengan budaya, kata Poppy lagi, masyarakat Indonesia justru lebih bangga negara budaya impor. “Kita sekarang lebih mengapresiasi budaya dari luar. Inikan sama saja, dari sisi ekonomi dan budaya sudah dijajah. Makanya kita butuh pemimpin yang kuat. Namun Ini bukan pekerjaan yang mudah,” tuturnya.

Bangsa Indonesia ini, lanjut mantan Wakil Ketua Kadin, lebih membanggakan barang luar negeri ketimbang barang lokal. Sikap inilah yang membuat ketergantungan teknologi. “Kalau kita kerjanya beli, dan impor kita tidak akan menjadi bangsa yang mandiri diatas tanah kita sendiri,” paparnya.

Sekarang ini, sambungnya, barang impor sudah menguasai pasar Indonesia. “Kita ini dalam keadaan yang kronis sekali. Dimana kita sudah tidak bisa lagi mandiri dari ekonomi, budaya,” imbuhnya.

Lihat saja, Poppy mencontohkan teknologi telekomunikasi nasional sudah dikelola negara asing. “Indosat, Telkomsel, dan sekarang akan menuju Airport, yang akan diincar asing. Kita hampir kehilangan semuanya, ekonomi kita dikuasai asing, budaya kita dijajah asing. Bangsa yang kehilangan identitasnya,” pungkasnya. **cea

Komentar

Your email address will not be published.

Don't Miss

Kemenperin Gandeng Investor Jepang Bikin Baterai Kendaraan Listrik

JAKARTA-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bertekad untuk terus mengakselerasi pengembangan kendaraan listrik

Presiden Resmikan Jalan Tol Pertama di Kalimantan

KALIMANTAN TIMUR-Presiden Joko Widodo meresmikan jalan tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) seksi