Balai Kemenperin Ciptakan Teknologi Batik Cap Otomatis

Tuesday 26 Nov 2019, 6 : 16 pm
by
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Industri Kimia, Farmasi, Tekstil, Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika, Kemenperin, Sony Sulaksono di Jakarta, Selasa (26/11)

Penemuan Kemenperin yang mendapat penghargaan itu merupakan buah karya dari Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Ambon. Terobosan Si Telmi Biam merupakan modifikasi ketel kayu yang menekankan pada efisiensi, efektivitas dan produktivitas untuk memperoleh mutu minyak kayu putih sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih lanjut, dalam mendukung implementasi industri 4.0 di Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin terus berupaya membangun ekosistem yang mendukung tumbuhnya inovasi-inovasi di sektor manufaktur.

Contohnya, BPPI Kemenperin telah membangun tiga unit mini showcase industri 4.0, yaitu Mocaf 4.0 di Balai Besar Industri Agro (BBIA) Bogor, Vision 4.0 di Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM) Bandung, dan Cacao 4.0 di Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar. Ketiga mini showcase itu akan terus disempurnakan agar masyarakat dapat melihat secara langsung simulasi penerapan industri 4.0. Fasilitas ini juga diharapkan dapat merangsang tumbuhnya inovasi-inovasi baru.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

cadangan devisa

Meningkat, Cadangan Devisa Juni 2020 USD131,7 Miliar

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir

BNN Ungkap Kasus TPPU Narkoba Senilai Rp 142 Miliar

JAKARTA-Badan Narkotika Nasional (BNN) berhasil mengungkap Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang berasal dari kejahatan narkotika, dengan nilai aset sebesar Rp142.058.158.337,00. “Adapun barang bukti yang berhasil disita adalah: sabu sebanyak 2,8 ton, ekstasi 707.864 butir, ganja 4,1 ton, dan lahan ganja seluas 69 hektar,” ujar Kepala BNN, Komjen Budi Waseso di Jakarta, Minggu (25/6). Buwa mengungkapkan pencapaian pihaknya dalam upaya penanggulangan Narkoba baik dalam bidang pengurangan permintaan (demand) dan pengurangan pasokan (supply). Dalam hal pengurangan demand melalui pencegahan, BNN telah melakukan upaya peningkatan ekstensifikasi dan intensifikasi komunikasi, informasi dan edukasi penyalahgunaan Narkoba ke seluruh Indonesia. Dalam hal ini, BNN menggunakan sarana media massa dan sosialisasi langsung. “Dalam bidang pemberdayaan masyarakat, BNN juga telah membentuk satgas anti Narkoba di seluruh daerah di Indonesia dengan total 19.854 orang yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, swasta, instansi pemerintah dan masyarakat,” kata Buwas. Menurut dia, langkah masif ini merupakan sebuah strategi jitu dalam menciptakan “people power” melawan jaringan Narkoba. Selain itu untuk mendeteksi dini penyalahgunaan Narkoba di lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja, BNN juga telah melakukan tes urine terhadap 186.533 orang.”Di mana teridentifikasi positif sebanyak 1.176 orang atau 0,63%,” ujar Buwas. Sedangkan dalam konteks pengurangan supply melalui pemberantasan, dalam kurun waktu 2015 sampai dengan Juni 2016, telah terungkap sebanyak 1.015 kasus dari 72 jaringan sindikat Narkoba. “Baik yang ditangani oleh BNN maupun BNN Provinsi, dengan tersangka sejumlah 1.681 orang,” terangnya. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan peredaran dan konsumsi Narkotika serta obat-obatan terlarang di kalangan masyarakat Indonesia memberikan kerugian ekonomi yang cukup besar. Dari sisi ekonomi, pada tahun 2015, narkoba telah menimbulkan kerugian sampai dengan Rp 63 triliun. Presiden Joko Widodo mengatakan total dana itu yang digunakan pengguna dan pengecer untuk membeli narkoba, serta membiayai pengobatan dan rehabilitasi bagi pengguna Narkoba. “Selain itu, kerugian terjadi akibat pencurian barang untuk beli narkoba,  kerugian akibat biaya rehabilitasi dan biaya-biaya yang lainnya,” kata Presiden Jokowi saat menghadiri puncak peringatan Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) 2016, di Pinangsia Taman Sari, Jakarta, Minggu (26/6) Selain kerugian material, Jokowi mengatakan, peredaran narkoba juga telah merusak kehidupan masyarakat. Berdasarkan data yangdimilikinya, pada tahun 2015 angka kejadian pengguna narkoba mencapai 5,1 juta jiwa. “Dan paling menyedihkan, 40 sampai 50 generasi mudah kita tiap hari mati akibat narkoba,” katanya.