BI Kembali Tahan BI Rate 7,50%

Thursday 12 Jun 2014, 4 : 38 pm
by
Ilustrasi

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 7,50 persen dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50 persen dan 5,75 persen.

Ini artinya, selama 8 bulan, policy rate ini belum berubah sejak November 2013 lalu.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara menjelaskan, keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan tersebut dalam upaya untuk mengarahkan inflasi sesuai dengan sasaran di kisaran 4,5 persen pada 2014 dan 4 persen di 2015.

“Selain itu, juga untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat,” jelasnya, Kamis (12/6).

Di awal bulan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Inflasi bulanan pada Mei 2014 tercatat sebesar 0,16 persen, naik jika dibanding bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,02 persen.

Sedangkan angka inflasi tahunan tercatat 7,32 persen, naik dibanding sebelumnya yang tercatat 7,25 persen.

Sedangkan Neraca perdagangan Indonesia pada April 2014, mengalami defisit sebesar US$ 1,96 miliar setelah pada bulan sebelumnya mencatat surplus sebesar US$ 0,67 miliar.

Kinerja neraca perdagangan tersebut dipengaruhi oleh neraca perdagangan non migas yang berbalik dari surplus menjadi defisit.

BI menilai proses penyesuaian ekonomi berjalan cukup baik, meskipun terdapat sejumlah risiko yang perlu diwaspadai, dan menempuh langkah-langkah antisipatif guna memastikan sasaran inflasi dapat dicapai dan kinerja transaksi berjalan terus membaik.

Untuk itu, BI akan senantiasa memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta kebijakan untuk memperkuat struktur perekonomian domestik dan pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya ULN korporasi.

“Selain itu, bank sentral juga akan meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan,” tuturnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan perekonomian global terus membaik, meskipun dengan kecepatan yang moderat.

Perbaikan ekonomi dunia terutama didorong oleh pulihnya ekonomi negara maju, sejalan dengan stimulus moneter yang berkelanjutan.

Hal itu tercermin pada indikator penjualan dan kinerja manufaktur di Eropa dan AS yang terus membaik.

Perbaikan ekonomi AS dan Eropa tersebut diperkirakan akan mendorong peningkatan volume perdagangan dunia.

Sejalan dengan hal tersebut, harga komoditas mulai menunjukkan perbaikan.

“Ke depan, terdapat sejumlah risiko perekonomian global yang perlu untuk terus diwaspadai, antara lain, perlambatan ekonomi Tiongkok dan normalisasi kebijakan the Fed,” pungkasnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Tingkatkan Kompetensi Pengajar, BNI Bagikan Ribuan Sertifikasi Guru

JAKARTA-PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), membagikan ribuan sertifikasi

Topang Kegiatan Usaha, Mitra Investindo Dirikan Nusantara Bina Silika

JAKARTA – Mitra Investindo Tbk (MITI) telah mendirikan PT Nusantara