Boediono: Amankan Energi Untuk Selamanya

Tuesday 14 Oct 2014, 5 : 58 pm
by

JAKARTA-Mengamankan energi tidak hanya hingga tahun 2030, tetapi untuk selamanya. Untuk itu diperlukan upaya menyatukan pandangan untuk memecahkan masalah energi yang akan terus dihadapi bangsa Indonesia.

Pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Presiden (Wapres) Boediono usai menyaksikan peluncuran “Skenario Bandung: Sketsa Energi Indonesia 2030” di auditorium Kantor Pusat PLN, di Jakarta, Selasa (14/10).

Selama ini, katanya, Indonesia sangat sibuk mengatasi berbagai masalah untuk menggulirkan proyek-proyek energi dengan berbagai hambatan yang terjadi. Bahkan tidak sedikit proyek yang memakan waktu yang lama untuk menggulirkannya, tapi upaya yang dilakukan selama ini hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam jangka pendek. “Kita belum melihat langkah untuk jangka panjang. Apa yang akan terjadi di tahun 2030 harus kita lihat, agar bisa dilakukan antisipasi. Itu memaksa kita melihat ke depan yang penting bagi kita semua,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto mengatakan bahwa Skenario Bandung melibatkan 28 tokoh yang berasal dari latar belakang yang berbeda, seperti pimpinan Badan Usaha Milik Negara, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, aparat pemerintah dan kalangan lembaga swadaya masyarakat. “Mereka selama dua kali akhir pekan berturut-turut hadir di Bandung,” jelasnya.

Scenario planning adalah metodologi strategi yang sudah dikembangkan sejak 1950an di militer Amerika dan pada 1970an digunakan perusahaan minyak Shell untuk memprediksi dan membuat perencanaan di masa depan. “Dalam perkembangannya scenario planning ini dianggap sebagai pendekatan yang menyenangkan, menyenangkan karena bisa dimengerti dan dicerna dengan mudah walaupun di dalamnya banyak aspek kualitatif,” imbuhnya.

Bahkan, dikatakan Kuntoro, pendekatan scenario planning berkembang juga ke domain-domain lainnya. Keberhasilan scenario planning di Afrika Selatan, yang digunakan sebelum pemilihan presiden yang dimenangkan Nelson Mandela, menunjukkan scenario planning tidak hanya menjadi domain perusahaan tetapi juga domain sosial politik.

Scenario planning bukanlah perkiraan apa yang akan terjadi, bukan sebuah cita-cita. “Tapi menggambarkan apa yang dapat terjadi. Kita dapat menatap masa depan dengan bahasa dan gambaran yang sama. Untuk itu disusun rencana dan strategi oleh beberapa aktor,” imbuhnya.

Wapres mengakui bahwa scenario planning bagi dirinya adalah sesuatu yang baru dan diyakini sangat bermanfaat. Scenario planning menurut Wapres dapat digunakan untuk menyatukan bahasa dari banyak pemangku kepentingan yang bermacam-macam dan sangat tepat untuk membahas energi di masa depan. “Energi ini memiliki stakeholder yang banyak, sehingga harus diputuskan dengan konsultasi,” ujarnya.

Wapres mengingatkan bahwa jika kita ingin melihat ke depan, kita perlu skenario untuk menyiapkan diri. “Ini bukan scenario planning untuk menentukan apa yang seharusnya terjadi, tapi apa yang dapat terjadi,”katanya.

Skenario Bandung menawarkan empat skenario, yakni Skenario “Ombak”: Mendayung di Tengah Ombak, Skenario “Badai”: Mengganti Layar di Tengah Badai, Skenario “Karang”: Mendayung di Antara Batu Karang, dan Skenario “Awak”: Mendayung Bersama Kita Teguh, Mendayung Sendiri Kita Runtuh. “Saya memilih skenario ketiga,” ujar Wapres.

Skenario ketiga menggambarkan konflik di luar negeri, ketegangan politik di kawasan Asia, dan kompetisi sengit di tataran global untuk mencari sumber energi yang dapat memaksa Indonesia bergantung pada pasokan energi domestik untuk menopang pembangunan. Ketegangan geopolitik yang terus berlangsung mendorong Indonesia untuk mengadopsi strategi energi yang berorientasi domestik dan swasembada.

Kebijakan yang merupakan respons atas akutnya kekurangan energi global ini dipimpin oleh koalisi pemerintah, perusahaan swasta, BUMN, pemangku kepentingan internasional, serta kekuatan pertahanan. Insentif untuk produsen energi disiapkan untuk meningkatkan produksi seluruh sumber daya energi, mulai dari batu bara sampai energi terbarukan, hingga serpihan gas dan nuklir. Kendati demikian, masih ditemukan gangguan dan kekurangan pasokan yang berujung pada perjuangan panjang untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang mencukupi dan membantu meredam ketegangan sosial di tanah air.

Wapres berharap Skenario Bandung ini menjadi diskursus publik oleh berbagai pihak. “Langkah berkutnya adalah menuangkannya dalam aksi. Scenario planning ini sangat berguna sebagai ilmu baru, di bidang politik memaksa semua orang melihat apa yang dapat terjadi,” tuturnya.

Dalam laporannya, Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji mengatakan bahwa Skenario Bandung ini sangat penting karena menggugah pemikiran untuk mencari terobosan baru terikat dengan pengembangan sekotr energi. Nur Pamudji mengingatkan banyak hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan energi, seperti pertumbuhan kebutuhan energi yang terus tumbuh di atas 5%, pemanfaatan energi modern yang tidak merata di seluruh wilayah di negara ini. “Tidak hanya pulau-pulau terluar tapi masih ada juga kampung-kampung di Pulau Jawa yang belum merasakan energi modern,” ujar Nur Pamudji.

Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah pilihan-pilihan sumber energi yang akan digunakan, teknologi apa yang akan digunakan untuk menjadi energi modern. “Banyak yang salah paham, misalnya di bidang geothermal kita memiliki potensi yang besar dan belum termanfaatkan. Ternyata pemanfaatan geothermal tidak sesederhana yang dibayangkan,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Menteri Bahlil Lahadalia Sebut Muba Peluang Terbaik Investasi

JAKARTA-Kepala Daerah dituntut terus menggenjot program inovasi yang berdampak pada

Uang Beredar November 2015 Tumbuh 9,2% (yoy)

JAKARTA-Likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada November