Butuh Sains Dasar Multidisiplin untuk Bangun Kemaritiman

Tuesday 21 Apr 2015, 9 : 53 am
by

SURABAYA-Pembangunan kemaritiman masih menjadi tanggung jawab besar bangsa Indonesia saat ini. “Dulu, wilayah kemaritiman Indonesia hanya sejauh tembakan meriam,” ujar Dwisuryo mengawali paparannya sebagai keynote speaker. Wilayah yang sekecil itu kemudian melalui perjuangan diperluas lagi hingga akhirnya luas lautan Indonesia menjadi satu mil dari garis pantai. Di mana di seluruh wilayah tersebut, Indonesia berhak mengibarkan sang merah putih,” ujar Menko Kemaritiman RI, Prof Dr Ir Dwisuryo Indroyono Soesilo MSc, saat mengulas topik perkembangan kemaritiman dan tantangannya dalam Seminar Nasional (Semnas) Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bertajuk Pengembangan Sains Dasar Antardisiplin, di gedung Pascasarjana ITS, Senin (20/4).

Dengan memiliki wilayah laut teritorial seluas 3,1 juta kilometer, Indonesia memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Di samping itu, Indonesia memiliki semua sumber daya alam, seperti marine biodiversity, posisi geotektonik yang kaya mineral dan sumber daya bumi, arus lintas Indonesia , serta international sea lanes yang mempengaruhi perekonomian. “Oleh karena itu, jangan tanya apa yang kita punya. Tanyalah apa yang tidak kita punya, sebab kita memiliki segalanya,” tandasnya.

Untuk memperkuat pondasi pembangunan kemaritiman, menurut Dwisuryo, Indonesia harus memiliki sains dasar multidisiplin dengan bermodalkan keanekaragaman hayati Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia juga memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat luar biasa. Namun seberapa jauh pemanfaatan sumber daya itu menjadi tanggung jawab besar AIPI. “Ini adalah peran AIPI. Jangan sampai orang lain menguasai plasma nutfah kita,” tukasnya.

Selanjutnya adalah multidisiplin untuk geosains. Di sisi ini, Indonesia memiliki lempeng tektonik yang kaya sumber mineral, sumber daya minyak dan gas, dan mineral, minyak, dan gas dilaut dalam. Meski, lempeng tektonik Indonesia sering mengalami gempa, tsunami, dan letusan gunung berapi, semua bencana tersebut juga berperan memperbaharui dan memberikan dampak baru

Berikutnya untuk oceanografi dan ocean dynamics. Bagian ini dipengaruhi oleh perubahan iklim, climate variability prediction, air sea interraction, dan ocean current untuk energi, ikan, dan alternatif migrasi. Yang menjadi permasalahan saat ini adalah pemerintahan masih terfokus dalam pembelian kapal yang sebanyak-banyaknya. Namun kurang mengoptimalkan pengoperasiannya, sehingga masa beroperasi atau berlayar lebih kecil daripada masa berlabuh.

Juga, pembagunan teknopark tidak akan efisien jika tidak digunakan secara maksimal. “Lebih baik membangun satu teknopark di tengah-tengah Indonesia, sehingga dapat digunakan dengan lebih maksimal,” ucapnya.

Dengan adanya seminar kali ini, Dwisuryo berharap AIPI mampu mendorong sektor kemaritiman Indonesia melalui kerjasama multidisiplin ilmu pengetahuan. “Ini adalah tugas kita bersama untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat kemaritiman dunia,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Lawan Pungli, Jokowi Bangun Sistem Cegah Korupsi

JAKARTA-Presiden Joko Widodo meminta agar aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi

Pengusaha Inggris Siapkan Dana Investasi Rp 130 Triliun

LONDON-Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Eropa mampu memikat pengusaha Eropa