Geliat UKM Di Thamrin City, Bisnis Kerajinan Tenun Ikat Makin Kinclong

Wednesday 9 Aug 2017, 6 : 48 pm

JAKARTA-Pusat Belanja Thamrin City Jakarta terus mendukung kehadiran UKM kerajinan tenun ikat dari berbagai penjuru Nusantara. Usaha tenun ikat tidak hanya menghasilkan keuntungan bagi pengrajin tetapi juga melestarikan kebudayaan tenun daerah yang sudah berlangsung turun temurun.

Menurut General Manager Operasional Thamrin City Adi Adnyana, keberadaan para pengrajin tenun yang memasarkan produk kerajinan tenun ikat di Thamrin City terus bertambah dari tahun ke tahun. “Penambahan dari segi jumlah pengrajin yang berjualan maupun penambahan toko –toko yang memasarkan produk tenun ikat, terlihat dari berkembangnya luasan zona Pusat Tenun Nusantara Thamrin City. Yang semula hanya ada di lantai 1, sekarang sudah merambah ke lantai 2 dan lantai 3,” ujarnya dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (9/8/2017)

Pihak pengelola Thamrin City, lanjut Adi, memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pengrajin tenun ikat dari daerah-daerah untuk memasarkan produknya di Thamrin City. “Kami siap mendukung dan memberikan kemudahan untuk bisa memasarkan dan mempromosikan produk-produk tenun khas daerah- daerah dari seluruh Nusantara,” tandasnya.

Keuntungan bisnis tenun ikat di Thamrin City dirasakan oleh Tetty Sinuhadji pemilik “Toko Njonjah Poenja” yang sudah memulai usahanya sejak 5 tahun lalu. “Awalnya saya hanya punya satu toko kecil dengan modal semangat kerja keras keliling Indonesia mendatangi para pengrajin tenun daerah dan mendalami motif-motif tenun yang sangat kaya di pelosok-pelosok daerah hingga ke daerah NTT yang sangat terkenal kaya dengan motif tenunnya,” ungkapnya.

Tetty menempati Toko Nyonya, lantai dasar satu, sisi bebelah barat Thamrin City. Kegemarannya menjelajah daerah-daerah, katanya, membawanya mengelilingi NTT mulai dari Timor, Sumba hingga Flores. “Luar biasa motif tenunnya sangat indah dan memiliki makna kebudayaan tenun yang sangat tinggi, dan kain-kain tenunnya bisa didapatkan di toko kami saat ini, kami lebih mengekspose motif,” paparnya.

Diakuinya saat ini berkat kerja kerasnya, dia sudah memiliki 8 toko di Thamrin City dengan omset sekitar Rp4 miliar/bulan. “Kerja keras tiada henti menjual kain tenun, kini sudah makin banyak pelanggan dan pembeli yang datang ke toko kami,” katanya.

Selain Tetty, keuntungan berusaha tenun ikat di Thamrin City juga dirasakan Abdul Somad yang khusus menjual tenun ikat produksi ATBM Troso, Jepara sejak 7 tahun lalu. “Boleh dibilang kami perintis berdagang kain tenun ikat di Thamrin City, ketika suasana masih sepi. Saat itu hanya ada beberapa pedagang yang buka toko disini,” katanya yang mengaku memiliki Toko Maghrifoh.

Lebih jauh Abdul Somad menjelaskan beberapa jenis tenun seperti Baron, Endek, Kamen, Selendang dan syal. Jenis ini sekarang mulai banyak dipasarkan di Thamrin City. Begitupun dengan aneka motif tenun ikat dari Bali, Toraja, Lombok dan Kalimantan, seperti motif rangrang, sumba, Lamandau. “Harga bervariasi mulai dari Rp40.000 hingga Rp800.000/lembar kain. Adapula yang Rp35.000 sampai Rp80.000/meternya. Bahkan lurik dan polos dijual mulai harga 25 ribu per meter ,” ungkap.

Abdul Somad membeberkan bagaimana nikmatnya bisnis tenun. Awalnya, dirinya hanya memiliki usaha di lantai satu. Namun terus berkembang, karena UKM mendapat perhatian serius dari Thamrin City, kini bahkan tokonya bertambah menjadi tiga unit. “Lumayan berkembang bagus usaha disini, saat ini omset bisa mencapai Rp 100 juta per bulan,” tandasnya.

Termasuk di toko miliknyapun “Maghrifoh” menjual jenis-jenis tenun seperti itu. Adapun lokasi “Maghrifoh” yang berada pada lantai dasar Thamrin City, menyediakan aneka motif tenun ikat dari Bali, Toraja, Lombok dan Kalimantan, seperti motif rangrang, sumba, Lamandau. “Harga bervariasi mulai dari Rp40.000 hingga Rp800.000/lembar kain. Adapula yang Rp35.000 sampai Rp80.000/meternya. Bahkan lurik dan polos dijual mulai harga 25 ribu per meter ,” ungkapnya.

Tak beda jauh dengan Abdul Somad, Habib pemilik Toko Sanubari mengaku bisnis kerajinan dan tenun ikat sebagai usaha turun-temurun cukup mendatangkan keuntungan. “Kami produksi tenun ikat di Jepara dengan motif, diantaranya parang atau liris, senandung, besurek kaltor, sekar, sarawak, tameng dan sasasoe. Selain itu juga dari berbagai daerah lain, seperti Ulos Karo, motif Kalimantan dan Bengkulu,” ujar Habib ditemui di Thamrin City.

Saat ini Habib sudah memiliki 2 toko di Thamrin City, yang diawalinya mulai berusaha di lantai satu hingga sekarang memiliki toko di lantai dasar satu. Dengan omset penjualan sekitar Rp 50 juta hingga Rp 100 Juta per bulan. Omset tersebut di dapat dari penjualan tenun yang harga jualnya dari Rp. 150 ribu sampai Rp1.750.000 per lembar kain dan dari harga Rp20 ribu per meter. “Begitu banyak jenis dan motif tenun yang ada di nusantara saat ini yang sudah mulai banyak dipasarkan di Thamrin City, saya sangat beruntung salah satu yang ikut mengembangakan budaya tenun di Indonesia,” pungkasnya. ***

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

MAMI Dinobatkan Sebagai Manajer Investasi Terbaik 

JAKARTA-PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (“MAMI”) kembali menerima pengakuan sebagai

Hina Presiden Jokowi, PSI Kecam Tweet Fadli Zon

JAKARTA-Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Tsamara Amany mengecam isi