Gubernur BI ke Presiden Finlandia, Indonesia Mahir Atasi Krisis

Wednesday 4 Nov 2015, 1 : 43 pm
by
Presiden Joko Widodo bersama Presiden Finlandia, Sauli Niinisto

JAKARTA-Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo kedatangan tamu istimewa Presiden Finlandia, Sauli Niinisto, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (4/11). Di depan Presiden Finlandia, Agus memaparkan kondisi moneter Indonesia termasuk kesanggupan lembaga-lembaga keuangan dalam mengatasi krisis yang sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut Agus, Indonesia banyak mengambil pelajaran dari berbagai krisis yang terjadi. Tak hanya krisis ekonomi yang terjadi, termasuk juga krisis sosial-politik. “Indonesia sudah belajar dari banyak krisis yang terjadi, seperti krisis 1997-1998. Hal itu yang membuat Indonesia bisa melewati krisis 2008,” jelas Agus.

Palajaran yang diterima itu, antara lain, perlunya lembaga di sektor keuangan yang kuat. Agus merinci, saat krisis 2008, dimana tingkat krisisnya itu sangat besar, setelah itu Indonesia berbenah dan sudah memiliki sektor keuangan dan perbankan yang kuat. Indikatornya dapat dilihat dalam beberapa hal.

Dari sisi rasio kredit macet (Non Performing Loan/NPL) dulu sempat di atas 48 persen, tapi per hari ini secara gross di angka 2,7 persen. Kemudian dari sisi rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR), duku sempat minus 17 persen tapi sekarang sudah di atas 20 persen.

Dari sisi tingkat suku bunga (BI Rate), dulu sempat mencapai 77 persen tapi saat ini 7,5 persen. “Ini adalah salah satu kelengkapan Indonesia bagaimana bisa melewati krisis 2008,” lanjut dia.

Selain itu, yang dipaparkan Agus di depan Presiden Finlandia, yerkait defisit transaksi berjalan. Indonesia itu memiliki UU Keuangan Negara yang tidak diperkenankan defisit transaksi berjalan lebih dari 3 persen. Maka, external debt terhadap Gross Domestic Bruto (GDP) itu tidak boleh lebih dari 60 persen. “Karena 14 tahun terakhir kita punya defisit kalaupun ada tidak pernah lebih dari 2,4 persen. Utang thd GDP sekatang kan 24 persen jauh dari 60 persen,” ujarnya.

Dari aspek kelembagaan, Indonesia memiliki bank sentral yang independen mengelola moneter. Juga ada inflation targeting framework maka akan selalu fokus dalam upaya menjaga inflasi. “Saya ceritakan dari sisi kurs lebih fleksibel, sehingga cerminkan fundamental ekonomi Indonesia sebagai alat untuk cegah krisis,” papar dia.

Kata Agus, seperti yang diceritakan Presiden Finlandia, kondisi ekonomi Finlandia selama tiga tahun terakhir sedang mengalami resesi. Apalagi kondisi euro zone juga tidak terlalu stabil. “Sekarang Finlandia terkena dampak global. Ekonomi Euro Zone yang turun ditambah Rusia kena sanksi. Itu berdampak terhadap perekonomian Finlandia,” jelas Agus. (TMY)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Polisi Buru Sindikat Pemalsu Tutup Galon Merek Aqua

TANGERANG-Satuan Reserse Kriminal Polres Tangerang Selatan, masih memburu satu pelaku pemasok

Mandatori B30 Awal Januari, Pemerintah Jamin Harga Biosolar Tidak Naik

JAKARTA-Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjamin