Halim: Sangat Besar Ruang BI Rate Turun

Thursday 5 Nov 2015, 3 : 49 pm
by

JAKARTA-Bank Indonesia (BI) mempunyai ruang memberikan stimulus dari sisi moneter untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI Rate. Pelonggaran kebijakan bias ditempuh bank sentral seiring landainya tingkat inflasi. “Karena, saat ini inflasi memang dalam tren menurun. Inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2015 yang baru mencapai 2,16 persen dan inflasi secara tahun ke tahun (year on year) 6,25 persen,” papar Mantan Deputi Gubernur (DG) Bank Indonesia (BI), Halim Alamsyah dalam seminar ‘Tantangan dan Peluang Investasi di Pasar Modal pada Era Turbulensi Ekonomi’ yang digelar Lembaga Kajian dan Aksi Kebangsaan (LKAK) di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (5/11).

Dia berharap, di kuartal keempat tahun ini, BI Rate bisa diturunkan. Namun dia enggan menyebut berapa angka idealnya penurunan suku bunga itu “Kita tunggu saja nanti,” katanya diplomatis.

Hingga saat ini, BI Rate tetap berada di level 7,5% semenjak Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Februari 2015.

Secara keseluruhan, lanjut Halim, kinerja perbankan nasional berdasarkan data dari BI memang masih dalam kondisi aman, kendati memang tidak sebaik masa-masa sebelumnya. Kondisi ini terjadi salah satunya uang yang beredar masih di bawah dari titik puncak era sebelumnya. Apalagi APBN juga masih dalam kontraksi.

Selain itu, untuk angka realisasi pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir Agustus 2015 sebesar 10,9 persen (yoy), itu menunjukkan bahwa penyaluran kredit tengah mengalami perlambatan. Untuk dana pihak ketiga (DPK), produk tabungan masih mengalamai penurunan, yang menaik itu rekening giro, karena terkait kegiatan ekonomi. “Kalau perbankan membaik maka kredit juga akan menaik. Saat ini penurunan itu terjadi karena likuiditas yang linggar dan permintaan kredit yang tidak setinggi era sebelumnya. Sehingga, perlu adanya pelonggaran kebijakan moneter,” tandasnya.

Lebih lanjut Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) itu menjelaskan, sepanjang kondisi perekonomian global tidak memberikan dampak buruk yang signifikan bagi ekonomi nasional, maka ruang untuk menurunkan BI Rate akan semakin terbuka.

Pada dasarnya, kata Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jakarta ini, perekonomian di dalam negeri dalam jangka menengah tidak menunjukkan tanda-tanda kondisi krisis. “Selama ini kurs rupiah menjadi penyeimbang ekses demand dan supply di pasar valuta asing,” pungkas dia.

Sementara itu, BI masih melakukan pengkajian terkait ruang penurunan suku bunga acuan atau BI rate kendati indeks harga konsumen telah mengalami dua kali deflasi. “Kita sambut baik bahwa ada deflasi 0,05% kemudain deflasi 0,08%. Ini tentu akan menjadi bahan untuk kita kaji pada saat selenggarakan Rapat Dewan Gubernur,” ujar Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo, (TMY)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

ULN Indonesia Triwulan III 2017 Tumbuh 4,5%

JAKARTA-Perkembangan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan III 2017

HUT Ke-76, BNI Gelar Akad 5.476 Debitur FLPP

SEMARANG-PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) konsisten dalam mengurangi