Indonesia Termasuk Negara dengan Longevity Risk Terendah

Rabu 25 Jun 2014, 7 : 55 pm
by

JAKARTAManulife Asset Management mengeluarkan laporan riset yang mengungkapkan bahwa banyak pasangan menikah di Asia, termasuk di Indonesia, yang tidak memperhitungkan jumlah waktu yang akan mereka lalui bersama di masa pensiun.  Sebagai dampaknya, kemungkinan besar pasangan ini tidak bisa mengumpulkan dana yang cukup untuk masa pensiun

Laporan riset yang berjudul Live long and prosper? Retirement and longevity risk (Panjang umur dan sejahtera? Pensiun dan risiko umur panjang) merupakan seri kelima dari serial Aging Asia (Asia yang Menua) yang dikeluarkan oleh Manulife Asset Management. Laporan ini menyajikan proyeksi durasi masa pensiun dan mengkaji longevity risk (risiko berumur panjang – risiko dimana seorang pensiunan akan kehabisan simpanan dana pensiunnya karena umurnya yang semakin panjang), bagi pasangan menikah di 10 negara Asia: Indonesia, Cina, Hong Kong, Jepang, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. “Kami rasa status pernikahan sering kali diabaikan dalam perencanaan pensiun. Sebagian besar masyarakat Indonesia memasuki usia pensiun dengan memiliki seorang istri/suami. Oleh karena itu, mereka harus mempertimbangkan kemungkinan dimana pasangannya, biasanya istri – karena usia harapan hidup perempuan lebih panjang daripada laki-laki, hidup lebih panjang,” ujar President, International Asset Management, Manulife Asset Management Michael Dommermuth dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (25/6).

Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Legowo Kusumonegoro, menjelaskan, laporan hasil riset mengungkapkan bahwa pasangan menikah di Indonesia akan menghadapi masa pensiun gabungan selama rata-rata 25,8 tahun. Dengan kondisi tersebut, dibandingkan dengan negara-negara lainnya di kawasan Asia, Indonesia termasuk dalam kategori negara dengan longevity risk yang lebih rendah. “Hal ini terutama disebabkan karena masyarakat Indonesia pensiun dalam usia yang relatif masih muda dan juga karena masyarakat Indonesia memiliki usia harapan hidup yang relatif singkat,” urainya.

Akan tetapi, tingkat longevity risk di berbagai negara masih bisa mengalami perubahan, karena ditenemukan bahwa ada korelasi sebesar 66% antara GDP per kapita di suatu negara atau wilayah dengan usia harapan hidup rata-rata Based on per-capita GDP at purchasing power parity (PPP); International Monetary Fund, World Health Organisation, 2011. “Oleh karena itu, usia harapan hidup dan longevity risk cenderung meningkat di Indonesia, karena Indonesia diprediksi akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang kuat dan mengalami peningkatan pendapatan per kapita dalam tahun-tahun kedepan IMF World Economic Database, April 2014.,” ujar Legowo.

Dommermuth menambahkan, penting untuk disadari bahwa setiap orang memiliki kemungkinan 50% untuk hidup lebih lama dari perkiraan waktu rata-rata. Penelitian menunjukkan bahwa pasangan menikah di Indonesia dapat mengurangi risiko kehabisan simpanan dana pensiun, karena berumur panjang, secara signifikan dengan dua cara: menunda pensiun atau memperhitungkan penambahan enam hingga sebelas tahun dalam perencanaan keuangan mereka.”

Para pembuat kebijakan sudah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi longevity risk bagi warga negaranya. Beberapa negara di wilayah Asia sudah menaikkan usia pensiun resmi, dan pemerintah Indonesia pun baru-baru ini mengesahkan undang-undang untuk menaikkan usia pensiun resmi bagi para pegawai negeri sipil. Sebuah survei Manulife yang diluncurkan baru-baru ini menemukan bahwa 73% responden Indonesia berharap agar usia pensiun resmi dapat dinaikkan.

Dengan demikian, serial riset Aging Asia telah menunjukkan bahwa tanggung jawab keamanan pendapatan di masa pensiun semakin beralih ke individu-individu dan pengerahan kekayaan sangat berperan penting dalam mengurangi kemungkinan tetap hidup di saat simpanan dana pensiunnya telah habis.

Sebagai penyedia jasa keuangan, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia ikut berperan serta dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai investasi melalui 3 langkah sadar investasi, yaitu 3i: insyaf, irit, invest. Dua langkah pertama, insyaf dan irit, merupakan dasar untuk membangun kebiasaan menyisihkan uang. “Kami percaya bahwa menyiapkan dana untuk masa pensiun tidak akan cukup jika hanya disimpan di tabungan atau deposito saja. Simpanan di tabungan atau deposito akan memberikan imbal hasil yang kecil atau bahkan negatif apabila kita ikut memperhitungkan faktor inflasi. Pemanfaatan solusi investasi seperti reksa dana dapat membuat dana simpanan kita bekerja lebih keras dan memberikan potensi imbal hasil yang lebih tinggi dalam jangka panjang, dan berpotensi mengurangi kemungkinan tetap hidup di saat simpanan dana pensiunnya telah habis,” pungkasnya.

 

Komentar

Your email address will not be published.

Don't Miss

Pesan Dubes Mesir: Jadilah Penyebar Ajaran Islam Yang Moderat dan Toleran di Indonesia

CAIRO-Duta Besar Republik Indonesia di Cairo, Helmy Fauzy bersama Penasehat
Hexindo Adiperkasa

Laba Hexindo Adiperkasa Tumbuh 25,34% pada 2023

JAKARTA – PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA), emiten perdagangan dan