Industri Bergairah, Neraca Perdagangan Surplus USD 6,2 Miliar

Thursday 17 Sep 2015, 1 : 35 pm
by
Mendag, Thomas Lembong dan Kepala BKPM, Franky Sibarani

JAKARTA-Neraca perdagangan bulan Agustus 2015 masih tercatat surplus sebesar USD 433,8 juta sehingga periode Januari- Agustus 2015 mencapai USD 6,2 miliar. Hal ini sangat positif di tengah deraan pelemahan ekonomi global. Pada saat yang sama, industri tampak bergairah dilihat dari pertumbuhan impor hingga 21,7%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor yang hanya 10,8%. “Surplus neraca perdagangan selama delapan bulan di tahun 2015 ini menunjukkan pencapaian neraca perdagangan yang jauh lebih baik dibanding neraca perdagangan tahun lalu yang mengalami defisit,” ujar Menteri Perdagangan, Thomas Lembong di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (16/9).

Surplus neraca perdagangan Januari-Agustus 2015 ditopang oleh surplus perdagangan nonmigas USD 10,8 miliar. Sementara neraca perdagangan migas defisit USD 4,6 miliar.

Sementara itu, kinerja ekspor nonmigas Indonesia pada bulan Agustus 2015 mengalami kenaikan menjadi USD 11,2 miliar, atau naik 11,2% dibandingkan Juli 2015. Pertumbuhan ekspor nonmigas terbesar bulan Agustus 2015 didorong oleh peningkatan ekspor ke negara tujuan ekspor utama, antara lain Taiwan (40,7%), Filipina (22,1%), Korea Selatan (21,2%), Singapura (14,8%), dan Amerika Serikat (14,1%). Sedangkan, selama Januari-Agustus 2015 pertumbuhan ekspor nonmigas yang masih tumbuh positif, antara lain Arab Saudi 23,8% (YoY), Vietnam (13,5%), Filipina (4,1%), Korsel (2,4%), dan India (1,5%).

Namun, jika dihitung sejak Januari-Agustus 2015 ekspor nonmigas hanya mencapai USD 89,6 miliar, atau mengalami penurunan 7,3% YoY. Turunnya kinerja ekspor ini akibat melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS sebesar 4,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Kinerja ekspor bulan Agustus 2015 dibandingkan Agustus 2014 menunjukkan terjadinya penurunan pada semua sektor, kecuali sektor pertanian yang tumbuh sebesar 12,3% (YoY).

Sektor pertanian naik signifikan pada Januari-Agustus 2015, antara lain kopi, teh, dan rempah-rempah (28,7%); gandum-ganduman (822,2%); serta kakao (3,2%). Secara kumulatif, selama Januari- Agustus 2015 kinerja ekspor sektor pertanian meningkat sebesar 1,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2014. Sementara sektor migas, sektor pertambangan, dan sektor industri menurun masing-masing sebesar 41,1%; 11,9%; dan 5,8%. Sektor industri yang turun signifikan, antara lain CPO (-8,4%); berbagai produk kimia (-37,7%); serta mesin dan peralatan listrik (-12,5%). Sektor tambang yang turun signifikan adalah batubara (-22,0%).

Sementara itu, produk ekspor nonmigas Indonesia yang bernilai di atas USD 500 juta selama Januari-Agustus 2015 dan tumbuh signifikan, antara lain bijih kerak dan abu logam (267,1%); kopi, teh dan rempah-rempah (28,7%); perhiasan/permata (28,1%); besi dan baja (14,8%).

Meski dalam kondisi terjadi pelemahan ekonomi, industri dalam negeri tampak bergairah. Ini dapat dilihat dari peningkatan impor terhadap bahan baku/penolong. Pada Agustus 2015, kinerja impor secara total mencapai USD 12,3 miliar, atau naik 21,7% dibandingkan bulan lalu dan turun 17,1% secara tahunan. Jika dirinci lebih dalam, kinerja impor terdiri atas impor nonmigas USD 10,2 miliar, naik 30,5% (MoM) dan turun 10,8% (YoY); dan impor migas yang mencapai USD 2,1 miliar, turun 8,1% (MoM) dan 38,0% (YoY).

Secara kumulatif, impor Januari-Agustus 2015 tercatat mencapai USD 96,3 miliar (turun 19,0% YoY), terdiri atas impor nonmigas sebesar USD 78,8 miliar (turun 11,9% YoY) dan impor migas sebesar USD 17,5 miliar (turun 40,4% YoY). Selama Januari-Agustus 2015, impor didominasi oleh bahan baku/penolong (75,5%) meskipun mengalami penurunan sebesar 20,1% (YoY). “Bahan baku/penolong yang impornya turun signifikan antara lain besi dan baja; bahan kimia organik; serta plastik dan barang dari plastik. Sedangkan pangsa impor barang modal mengalami peningkatan di periode Januari-Agustus 2015 menjadi 17,0%, namun nilainya turun 16,1% (YoY),” jelasnya.

Menurutnya, barang modal yang impornya turun signifikan, antara lain mesin/pesawat mekanik; mesin/peralatan listrik; dan kendaraan bermotor dan bagiannya. Sementara itu, pangsa impor barang konsumsi pada periode Januari-Agustus 2015 naik menjadi 7,5%. Namun nilainya mengalami penurunan sebesar 13,2% (YoY).

Barang konsumsi yang impornya turun signifikan antara lain susu, telur, mentega; sabun dan preparat pembersih; serta pakaian jadi bukan rajutan. Impor nonmigas Indonesia dari RRT dan Jepang mengalami peningkatan paling tinggi di bulan Agustus 2015, yaitu masing-masing sebesar USD 715,1 juta (MoM) dan USD 345,8 juta (MoM). “Hal ini menegaskan bahwa Indonesia memiliki keterkaitan intra-industri yang tinggi dengan dua negara tersebut sebagai pengolah bahan/baku antara menjadi barang yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi (regional production network),” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Jumlah Penumpang Turun Hampir 90%

JAKARTA-Penumpang di sejumlah simpul transportasi seperti di Stasiun Kereta Api

Amien Rais Mau Barter Kasus Korupsi Dengan Ratna Sarumpaet?

Oleh: Petrus Salestinus Hari ini, Rabu tanggal 10 Oktober 2018,