Industri Mamin Berkontribusi 39,19% Terhadap PDB Industri Pengolahan Nonmigas

Thursday 26 Nov 2020, 11 : 19 pm
by
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian, Doddy Rahadi di Jakarta, Senin (15/2)

JAKARTA-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong peningkatan utilisasi industri makanan dan minuman (mamin) melalui pemanfaatan teknologi.

Sebab, sektor strategis ini diharapkan terjaga produktivitasnya dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar selama masa pandemi Covid-19.

“Pandemi ini cukup memberikan dampak signfikan bagi industri nasional. Untuk itu, tantangan ini harus dimanfaatkan supaya re-booting bagi kemajuan sektor manufaktur nasional, termasuk industri mamin,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi di Jakarta, Kamis (26/11).

Kepala BPPI mengemukakan, industri mamin masih konsisten menjadi salah satu penopang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Di tengah hantaman pandemi Covid-19, pada triwulan III tahun 2020, industri mamin mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB industri pengolahan nonmigas dengan nilai 39,19%.

“Aktivitas penelitian dan pengembangan harus menjadi aktor kunci dalam strategi kemandirian industri nasional untuk menciptakan inovasi, reindustrialisasi, dan peningkatan investasi,” tuturnya.

Dalam hal ini, peran Balai Besar Industri Agro (BBIA), salah satu unit litbang Kemenperin di Bogor, diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri mamin nasional dalam menghadapi tantangan dari imbas pandemi.

“Kami mendorong BBIA menjadi key driver dalam penguatan ekosistem industri pangan melalui layanan jasa teknis seperti konsultasi, rancang bangun dan perekayasaan industri serta kerja sama kegiatan litbang,” papar Doddy.

Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mengoptimalkan ekosistem industri 4.0 melalui platform SINDI 4.0 untuk meningkatkan kolaborasi dan kerja sama antara pemangku kepentingan pelaksana transformasi industri 4.0 di Indonesia.

“SINDI 4.0 merupakan platform digital yang di dalamnya berisi seluruh organisasi maupun institusi yang mampu menciptakan inovasi-inovasi di bidang industri 4.0,” jelasnya.

Melalui platform SINDI 4.0, Kemenperin berupaya untuk meningkatkan sinergi dengan menghubungkan pemerintah, konsultan, akademisi, peneliti dan pelaku industri untuk dapat mendukung transformasi teknologi, mulai dari efisiensi manufaktur hingga segi pemasaran.

“Contohnya adalah BPPI menunjukkan dukungan penerapan industri 4.0 dengan memperkuat kolaborasi antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Agro BPPI dengan IKM Nira Satria dan Fraunhofer Institute for Process Engineering and Packaging IVV, Jerman,” imbuh Doddy.

Kepala BBIA Siti Rohmah Siregar menyatakan bahwa Indonesia mempunyai modal sumber daya alam yang melimpah untuk memacu pengembangan industri mamin agar menjadi sektor yang berdaya saing global. “Untuk mempercepat inovasi teknologi terapan, maka harus dibangun ekosistem inovasi dengan kolaborasi lintas sektor,” terangnya.

Selama ini, BBIA telah melakukan kerja sama litbang dengan berbagai pihak untuk pengembangan hilirisasi produk industri berbasis agro.

“Tentunya kegiatan litbang yang kami lakukan tersebut dengan memanfaatkan teknologi industri 4.0,” tandasnya.

Selain litbang dan inkubasi, BBIA juga mempunyai jasa layanan teknis industri berstandar internasional seperti pengujian pangan, kalibrasi peralatan industri, sertifikasi berbasis ISO dan SNI, serta pelatihan dan konsultasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Bekerja Untuk Rakyat, Guntur: Ganjar Tolak Koalisi Dagang Sapi

JAKARTA-Komunikasi antara pihak Ganjar Pranowo dan PDI Perjuangan dengan partai

Coba Kembali ke Tren Kenaikan, LPPF dan MPPA Berbalik Naik di Sesi I

JAKARTA – Harga saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) pada