Kapal Tradisional Jawab Kebutuhan Rakyat

Tuesday 26 Jan 2016, 12 : 18 pm

JAKARTA-Pelayaran kapal-kapal tradisional di Indonesia timur, khususnya Tidore telah lama menjadi angkutan penyeberangan bagi warga antar pulau. “Kapal-kapal tersebut menggunakan Pelabuhan Rum, Propinsi Maluku Utara, sebagai tempat berlabuh,” kata Pejabat Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) kelas II Ternate, Arifai melalui siaran persnya di Jakarta, Selasa (26/1/2016).

Biasanya, kata Arifai, warga di sekitar pulau tersebut, seperti warga Halmahera Selatan juga memanfaatkan kapal tradisional untuk alat transportasi dan aktivitas ekonomi warga. “Serta berbelanja kebutuhan pokok. Terutama warga Tidore yang akan berbelanja barang kebutuhan di Ternate,” tambahnya.

Menurut Arifai, kapal tradisional ini masih ratusan jumlahnya dan aktivitasnya begitu padat, dengan kuantitas penumpang rata-rata mencapai 500 an orang per harinya yang lalu lalang menyeberang dari Tidore ke Ternate. Belum lagi ribuan penumpang yang menggunakan jasa kapal perintis dari pelabuhan Bastion di Ternate dan Pelabuhan Soasio di Tidore.

Jika kapal-kapal perintis tersebut memuat cukup banyak penumpang dan barang-barang kebutuhan primer dan sekunder dengan kapasitas kapal yang cukup besar, kapal-kapal tradisional tersebut hanya berkapasitas penumpang 12 orang saja berikut barang-barang bawaan dari kebutuhan pokok hingga sepeda motor.

Sertifikasi kapal

Terkait penggunaan kapal tradisional sebagai alat transportasi, keselamatan penumpang menjadi perhatian khusus. Sayangnya kapal-kapal tradisional yang telah lama beroperasi sebagai alat transportasi tersebut belum dilengkapi dengan surat ijin angkutan penyeberangan, dengan beberapa sarana penunjang diantaranya Life Jacket dan radio panggil.

Dalam hal ini, Kementrian Perhubungan melalui Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) kelas II Ternate dirasa perlu melakukan penertiban kapal tradisional seiring semakin meningkatnya sektor pariwisata di Pulau Tidore, diantaranya dengan cara meminta para pemilik kapal mengurus surat ijin tersebut.

Selain tetap mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal, keselamatan penumpang tetap harus menjadi prioritas. Hal ini terkait dengan pendapatan daerah dan profesionalitas manajeman transportasi. Pajak dari kapal tradisional dan peron dari penumpang dapat menambah penghasilan daerah, selain dari sektor-sektor lainnya.

Di Tidore banyak tempat-tempat wisata seperti Pantai Ake Sahu, Kesultanan Tidore, Benteng Tore dan Benteng Tohula serta tempat-tempat menarik lainnya yang diprediksi akan meningkat kunjungan wisatanya, sehingga sertifikasi kapal menuju pelayanan yang baik dan profesional perlu didorong oleh pemerintah daerah dan Kementrian Perhubungan.

Terkait program Nawa Cita, pemerintah telah menganggarkan sebesar Rp3 Triliun untuk pembangunan infrastruktur di Maluku Utara, sesuai janji pemerintah saat kunjungan kerja Presiden Jokowi bulan Mei 2015. Pelabuhan Rum, Tidore Utara yang masih jauh dari layak perlu dikembangkan dan ditata infrastrukturnya, agar kapal dan penumpang merasa nyaman, serta menggeliatkan perekonomian di kawasan tersebut.

Untuk informasi, di Pelabuhan Bastiong,Ternate, tersedia speed boat yang akan melayani lalu lintas laut ke Pulau Tidore setiap waktu dengan harga charter sekitar Rp100 ribuan dengan jarak tempuh sekitar 10-15 menit. Sementara untuk kapal Ferry sebesar Rp.8.000,- dan kapal speed boat reguler sebesar Rp.10.000,-. **

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

PLN Jamin Pasokan, Cerindo Optimis Selesaikan Pembangunan Smelter

JAKARTA-Terobosan PLN dalam menjamin pasokan listrik bagi kebutuhan industri dan

Umat Katolik-Protestan Gelar Doa Ekumene Untuk Kedamaian dan Kesatuan Bangsa

JAKARTA-Umat Katolik dan Protestan dari berbagai aras Gereja berkumpul dalam