Ketidakpastian Tiongkok, Jadi Tantangan Ekonomi di 2016

Thursday 19 Nov 2015, 10 : 00 pm
by
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad

JAKARTA-Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup positif. Pada triwulan ke III 2015 pertumbuhan ekonomi tercatat meningkat menjadi 4,73%, dari triwulan ke II yang tercatat sebesar 4,67%.  Indikator ekonomi lainnya rata-rata juga menunjukkan perkembangan yang positif seperti tingkat inflasi cenderung menurun dan surplus neraca perdagangan juga cenderung meningkat. Namun demikian, ekonomi serta industri keuangan nasional masih menghadapi sejumlah tantangan di tahun 2016 nanti.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D Hadad mengatakan ada 3 tantangan ekonomi di 2016 nanti. Pertama, pemulihan ekonomi di beberapa negara maju yang masih berjalan lambat, khususnya pemulihan perekonomian Tiongkok yang hingga saat ini masih dibayangi oleh ketidakpastian.  Kedua, masih berlanjutnya pelemahan kinerja keuangan korporasi nasional di semester kedua 2015 ini, akibat dampak pelambatan perekonomian global dan domestik. “Dan Ketiga, kenaikan Fed Funds Rate yang hingga saat ini masih dipenuhi dengan ketidakpastian,” ujar Muliaman pada acara Seminar dengan tema “Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2016” di Jakarta, Kamis (19/11).

Meski dihadang sejumlah tantangan, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2016 akan bergerak lebih baik dibandingkan tahun 2015. Bahkan berbagai organisasi internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi indonesia akan berada di kisaran 5,1% (IMF) hingga 5,4% (ADB), sementara tingkat inflasi akan berkisar 5,1% (ADB) hingga 6,3% (OECD). 21.

Demikian juga dengan aktifitas intermediari lembaga keuangan domestik di perkirakan akan terus meningkat. Pertumbuhan kredit perbankan di proyeksikan akan meningkat sebesar 12,7% (yoy) di tahun 2016. Sementara itu tekanan outflow dari transaksi investor asing di pasar modal Indonesia diperkirakan akan terus menurun, seiring antisipasi yang telah dilakukan investor terhadap ketidakpastian kenaikan suku bunga the fed. “Risiko kredit dan risiko pasar yang dihadapi lembaga keuangan domestik juga diperkirakan akan tetap stabil, seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi domestik dan volatilitas yang terkendali di pasar keuangan domestic,” terangnya.

Menurutnya, pemerintah Indonesia terus melakukan serangkaian reformasi struktural, yang bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dan berkelanjutan.

Secara umum, reformasi strukturan ini mencakup  pembangunan infrastruktur; fokus pada sektor-sektor prioritas; realokasi subsidi BBM; dan  pendalaman pasar keuangan.Oleh karena itu dibutuhkan dukungan pembiayaan dari berbagai pihak, baik melalui pembiayaan swasta atau kemitraan pemerintah-swasta.

OJK kata Muliaman akan terus meningkatkan kontribusinya kepada agenda pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pemerintah,  melalui pendekatan countercyclical dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi, sekaligus menjaga stabilitas keuangan nasional. Secara spesifik pada bulan Juni dan Oktober 2015 ini, OJK telah menerbitkan 52 kebijakan stimulus bagi sektor jasa keuangan. “Kebijakan-kebijakan tersebut selain ditujukan untuk mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, juga diluncurkan dalam rangka membantu pemerintah dalam pembiayaan program pembangunan infrastrutur,” pungkasnya

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Mahalnya Harga Proyek Mencetak Sawah

Oleh: Adri Zulpianto Kementerian Pertanian (Kementan) diam diam punya proyek

IBU, ‘Air Susu Dibalas Air Tuba’

Oleh: Gabriel Mahal Dalam “Kesaksian Panda Nababan tentang Perubahan Sifat