Kiai Maman: Kitab Kuning Bentengi NKRI dari Faham Ekstrimis

Tuesday 22 Mar 2016, 12 : 58 pm
by

JAKARTA-Khazanah keilmuan pesantren terbukti telah menjadi benteng terkokoh dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari pemahaman keagamaan yang eksklusif dan ekstremis. Hal itu, berkat upaya ulama dan karyanya, seperti salah satu kitab yang paling banyak dikenal dan dikaji oleh ulama dan tokoh Islam, yakni kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazaliath-ThusiAsy-Syafi’i  (Imam Al Ghozali).

Demikian diungkapkan oleh KH. Maman Imanulhaq, Ketua Steering Commitee (SC) Musabaqoh atau Lomba Kitab Kuning yang digelar oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melalui organisasi sayapnya Garda Bangsa, saat jumpa pers di Kantor DPP PKB Jakarta dalam keterangannya, Selasa (22/3).

Lebih jauh Kiai Maman mengungkapkan, jika tradisi (al-turâts) khas atau khazanah kejiwaan (makhzun al-nafs) yang dimiliki pesantren telah melahirkan pemikiran yang progresif-transformatif dalam upaya membangun masyarakat. “Pesantren acapkali bersifat fleksibel dan toleran sehingga jauh dari watak radikal, apalagi ekstrem dalam menyikapi masalah sosial, politik, maupun kebangsaan,” ungkap Anggota Dewan Syuro PKB itu.

Karena punya watak dan tradisi yang fleksibel dan toleran itulah, ujar Kyai Maman, pesantren mampu menjembatani problem keotentikan dan kemodernan (musykilah al-ashalah wa al-hadatsah) secara harmonis.
“Tradisi itu harus dipertahankan agar pesantren mampu terus eksis memperjuangkan tujuan dasar Syariat Islam (maqâshid al-syari‘at), yakni menegakkan nilai dan prinsip keadilan sosial, kemaslahatan umat manusia, kerahmatan semesta, dan kearifan local,” jelasnya.
Syariat Islam yang dimaksud, kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan Jatiwangi itu, adalah yang sejalan dengan kehidupan demokrasi dan mencerminkan karakter genuine kebudayaan Indonesia sebagai alternatif dari tuntutan formalisasi Syariat Islam yang kaffah pada satu sisi, dengan keharusan menegakkan demokrasi dalam nation-state Indonesia pada sisi lain. “Dengan modal tradisi yang fleksibel dan toleran, sejak lima ratus tahun lalu, pesantren mampu memainkan berbagai peran penting keagamaan dan  kebangsaan”, terangnya.

Dalam kerangka menguatkan tradisi (al-turâts) khas atau khazanah kejiwaan (makhzun al-nafs) pesantren itulah, jelas Kyai Maman, sesungguhnya Musabaqoh atau Lomba Kitab Kuning digelar oleh PKB.

Musabaqoh kitab kuning sendiri akan diikuti oleh lebih dari 5.000 santri dan digelar tanggal 1-13 April 2016 di 31 pondok pesantren-pesantren legendaris yang selama ini menjadi rujukan keilmuan para ulama nusantara yang tersebar di 20 provinsi.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

OJK: Stabilitas Ekonomi Membutuhkan Kekuatan Pertahanan

BOGOR-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Universitas Pertahanan sepakat membangun kerjasama

Perkebunan Sawit Dukung Pembangunan Berkelanjutan

JAKARTA-Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan menekankan bahwa perkebunan sawit