Kondisi Kemarau, Bisa Pengaruhi Stok Pangan

Monday 25 Aug 2014, 1 : 22 pm

JAKARTA-Laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofosika (BMKG) memprediksi hampir mayoritas wilayah Indonesia memasuki musim kemarau, Mei hingga September 2014. tentu saja hal ini bisa mempengaruhi ketersediaan pangan. “September nanti diprediksikan memasuki masa paceklik padi,” kata Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, kepada wartawan, di Jakarta.

Menurut Sutarto, musim kemarau harus tetap diwaspadai. Karena panen padi berkurang pada September ini. Dampak masa paceklik itu bisa terasa hingga tahun depan.

Mengantisipasi kondisi tersebut, Sutarto menyatakan bahwa Bulog tetap membuka opsi melanjutkan impor beras tahap kedua di tahun ini. Adapun realisasi impor beras tergantung pada perhitungan antara ketersediaan pasokan dan kebutuhan. “Kami selalu menghitung perkembangan panen,” ungkapnya

Badan Pusat statistik (BPS), sudah merilis angka ramalan (Aram) pertama. Isinya, produksi padi tahun ini turun 1,98% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 71,28 juta ton.

Sementara itu, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Winarno Tohir,
menyatakan, musim kemarau kali ini telah menurunkan pasokan pangan di dalam negeri. Selain beras, produksi jagung dan kedelai juga terganggu.

Menurut dia, dalam kondisi seperti sekarang, impor menjadi jalan pintas guna memenuhi stok pangan dalam negeri. Prediksi dia, impor beras bakal diikuti pula oleh impor bahan pangan lainnya, seperti jagung dan kedelai. “Kebutuhan dalam negeri memang kurang,” ujarnya

Namun Winarno menilai, keputusan Bulog untuk mengimpor beras sudah tepat demi menjaga posisi stok beras hingga akhir tahun ini. Seperti sudah ditugaskan oleh pemerintah, Bulog harus memiliki stok beras sebanyak 2 juta ton sampai akhir tahun ini.

Dijelaskan Winarno, selain musim kemarau, ketersedian beras dalam negeri berkurang akibat banjir yang melanda sentra beras pada awal tahun ini. Belum lagi serangan hama, dan tersendatnya penyaluran benih dan pupuk turut menghambat produksi padi.

Berdasarkan situasi tersebut, dia menilai, arus impor beras tidak menekan harga padi petani. “Impor beras Bulog itu lebih untuk program beras subsidi,” pungkasnya. (ek)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

IGJ: Paket WTO Ancam Pangan di ASEAN

DENPASAR-Indonesia for Global Justice (IGJ) menilai hasil kesepakatan Paket Bali

Naik 14,5%, RMK Energy Memuat 798 Tongkang Batubara per September 2023

JAKARTA-PT RMK Energy Tbk (RMKE) berhasil memuat 798 tongkang dengan