Membantah Tuduhan Bahwa Aksi Teror di Indonesia Adalah Rekayasa

Sunday 20 May 2018, 4 : 18 pm
by

Dalam laporan tersebut (update Maret 2017) bahwa sudah ada 50 orang kembali ke Indonesia dan 384 masih bertahan, sisanya tidak diketahui. Meskipun data tersebut telah mengalamai perubahan, terutama pasca ISIS di Irak dan Suriah mendapat gempuran dari pasukan multinasional, namun tetap saja menunjukkan bahwa ada kaitan kuat antara kelompok radikal di Indonesia dengan ISIS.

Fakta-fakta lain adalah beberapa aksi teror di Indonesia diakui oleh ISIS sebagai bagian dari aksinya seperti teror bom Thamrin. Selain itu pola-pola aksi teror yang dilakukan oleh kelompok yang berafiliasi dengan ISIS di Indonesia polanya sama dengan aksi teror di berbagai negara yang mempunyai afiliasi dengan ISIS.

Di luar faktor tersebut kelompok radikal pelaku teror di Indonesia telah membuat sejarah baru dengan melakukan aksi teror bom bunuh diri oleh satu keluarga. Di Irak dan Suriah aksi bom bunuh diri dengan mengorbankan anak-anak dan wanita sudah terjadi. Hal ini dilakukan untuk menghindari deteksi dari kelompok lawan. Aksi di Indonesia yang sangat mirip adalah yang akan dilakukan oleh seorang wanita ke Istana negara dengan menggunakan bom panci, yang akhirnya dapat digagalkan.

Aksi teror bom bunuh diri dan aksi kekerasan lain oleh ISIS diadopsi oleh kelompok radikal di Indonesia yang berafiliasi dengan ISIS, meskipun untuk melakukan perlawanan bersenjata secara terbuka sangat sulit dilakukan di Indonesia.

Dalam skala aksi gerilya bersenjata, kelompok radikal pelaku teror yang menggunakan perlawanan bersenjata terjadi di Poso, yaitu yang dilakukan oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur. Kelompok MIT merupakan salah satu kelompok teror yang berafiliasi dengan ISIS, yang cukup kuat setelah JAD. Namun dengan adanya operasi Tinombala yang dilakukan oleh pemerintah, kelompok MIT mulai terkikis habis.

Para simpatisan dan anggota ISIS di diketahui mempunyai tiga pilihan untuk berjihad (versi mereka). Pertama adalah melakukan hijrah ke Suriah yang dianggap sebagai kewajiban Ansharut Daulah. Jika pilihan pertama tidak bisa dilakukan maka pilihan kedua adalah dapat melakukan amaliyah, yang biasanya dengan aksi teror, di negerinya sendiri. Hal ini semakin meningkat frekuensinya pasca ISIS terdesak di Suriah dan Irak, karena akan menutup peluang pilihan pertama. Ketiga, jika tidak bisa melakukan pilihan pertama dan kedua, maka dapat dengan cara menyumbangkan harta ke orang lain yang terpilih untuk melakukan aksi teror.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Gap Miskin Kaya Paling Cepat Tumbuh di Indonesia

YOGYAKARTA-Gap kesejahteraan antara kelompok miskin dan kaya di Indonesia paling

Anies Baswedan Harus Diimpeach

Oleh: Petrus Salestinus Badai banjir dan banjir bandang yang melanda