JAKARTA-Menteri Perinduatrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, industri dalam negeri sudah mampu memproduksi pelbagai mesin dan peralatan pendukung ketenagalistrikan, termasuk komponen pembangkit listrik. Sehingga, dapat mendorong pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dan mensubstitusi produk impor.
“Industri kita sudah mampu memproduksi mulai dari peralatan pembangkit listrik sampai transmisi dan distribusi listrik,” tuturnya.
Beberapa
produk penunjang ketenagalistrikan yang telah berhasil dibuat oleh
industri dalam negeri, kata Airlangga, di antaranya komponen utama
pembangkit seperti Gas Insulated Switchgear, boiler, generator, power transformator, pompa, balance of plant (BOP), tower transmisi, konduktor, trafo distribusi, dan panel listrik.
Guna memacu penggunaan produk dalam negeri khususnya untuk pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan,
pemerintah telah menelurkan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2017
tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan.
“Menurut
aturan tersebut, penggunaan produk lokal menjadi salah satu poin utama
di dalam pembangunan pembangkit tenaga listrik sebesar 35.000 MW dan
jaringan transmisi 46.000 km,” jelasnya.
Kemenperin
juga telah menerbitkan regulasi pengoptimalan TKDN untuk pembangunan
infrastruktur ketenagalistrikan melalui Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor 54 tahun 2012 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Untuk
Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan.
Airlangga
menyakini, kebijakan penggunaan produk dalam negeri dan pesatnya
pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan akan membawa efek berganda
yang luas terutama guna mendongkrak kinerja sektor industri nasional.
“Keberadaan listrik ibarat jantung bagi kehidupan sektor industri. Itu sebabnya, tidak berlebihan apabila investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia selalu menanyakan ketersediaan pasokan listrik,” paparnya.
Di samping itu, peluang bisnis besar industri penunjang ketenagalistrikan juga diikuti oleh peran pentingnya mendorong aktivitas sosial-ekonomi masyarakat Indonesia.