JAKARTA-Nilai tukar rupiah selama perdagangan sepekan cenderung melemah karena minimnya sentimen positif yang masuk ke pasar uang, baik yang berasal dari domestik maupun eksternal. “Rupiah sebenarnya sudah menembus level psikologisnya, tetapi terus diintervensi oleh Bank Indonesia (BI),” ujar analis valas PT Bank Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Jumat (12/7).
Menurut dia, tekanan terhadap rupiah masih tinggi sehingga ruang bagi penguatan rupiah sepekan ini sangat terbatas. Namun pergerakan rupiah tertolong oleh langkah bank sentral yang mengarahkan rupiah dibawah level 10.000 per dollar AS.
Dia menjelaskan, pelemahan rupiah dipicu oleh kejelasan soal kebijakan quantitative easing (QE) The Fed. Bank Sentral AS memberi sinyal bahwa kebijakan QE ini akan terus berlanjut. Hal ini mengindikasikan, kondisi ekonomi AS masih melemah. “Pernyataan bahwa kebijakan stimulus moneter masih dilanjutkan lebih lama membuat dollar AS,” kata dia
Dari domestik kata dia, tingginya angka inflasi membuat rupiah tertekan. Pelaku pasar uang masih menunggu arah kebijakan fiskal dan moneter untuk menekan inflasi. “Dari domestik memang negatif. Pelaku pasar bersikap wait and see terkait langkah apa yang dilakukan bank sentral,” jelas dia.
Komentari tentang post ini