Muktamar NU Diminta Hindarkan Sistem Voting

Friday 31 Jul 2015, 1 : 10 pm

JAKARTA-Mukatamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 kali ini kembali menyeruak isu voting untuk memilih kepengurusan Rois Am dan Ketua Umum Tanfidziah PBNU. Beberapa ulama NU disinyalir menginginkan mekanisme voting untuk memilih pimpinan organisasi warga Nahdliyin ini.

Untuk itu sehari menjelang muktamar digelar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengingatkan kepada seluruh ulama dan kyai NU agar kembali ke budaya NU yakni mengedepankan kesepakatan dan mufakat dalam memilih Rois Am dan Ketua Umum PBNU tersebut atau Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA).

“PKB sangat mengharapkan proses muktamar di Jombang itu dapat sukses dengan damai serta terpilihnya Rois Aam yang berakhlakul karimah sebagai representasi ulama yang mumpuni,” tandas Cak Imin, panggilan akrabnya, ketika memimpin doa bersama anak yatim untuk sukses Muktamar NU ke-33 di Kantor DPP PKB, Jakarta, Kamis (30/7/2015).

Dengan sikap ini, PKB bukan berarti memiliki kepentingan politis terhadap proses muktamar tersebut. Hanya kepedulian sebagai Ketum partai yang dilahirkan dari rahim NU serta kepedulian sebagai warga Nahdliyin.

Sistem AHWA ini, lanjut Cak Imin, telah didukung oleh sejumlah kiai sepuh dari pondok pesantren di Jawa Timur. PKB pun mengambil sikap untuk mengikuti kesepakatan para kian sepuh tersebut. Apalagi jika sistem voting digunakan, lebih banyak melahirkan mudharat.

“Wong partai politik saja sekarang ini tobat pakai voting, mosok pemilihan ulama yang untuk urusan akhirat juga dibikin kapok (lewat voting),” tandas Cak Imin.

Justru dengan cara musyawarah dan mufakat itu, lanjut dia, akan meningkatkan martabat para ulama. “Saya yakin Pak Jokowi pun tidak akan mengintervensi pemilihan Rois Aam (untuk menggunakan sistem voting). Karena ini urusan internal ulama NU,” tegas dia.

“Meski dengan menggunakan sistem AHWA, tapi tetap mengedepankan mekanisme yang relevan terkait keterwakilan NU wilayah,” katanya.

Seperti diketahui, Muktamar NU yang digelar 1-5 Agustus 2015 di Pesantren Lirboyo, Jombang dan akan dibuka Presiden Joko Widodo itu akan memilih Rois Aam dan Ketua Tanfidziyah.

Saat ini sebagai bakal calon Rois Aam adalah, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus dari pesantren Rembang dan KH Hasyim Muzadi. Hasyim sendiri pernah dikalahkan dalam mekanisme voting untuk posisi Rois Aam oleh KH Sahal Mahfudz pada muktamar sebelumnya.

Sementara untuk jabatan Ketua Umum Tanfidziyah, antara lain, ada nama KH Said Aqil Siradj (Ketua PBNU sekarang), KH As’ad Ali, dan KH Sholahuddin Wahid. **cea

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

MAKI Desak Kejagung Seret Mantan Direksi PT Danareksa Berinisial Hs

JAKARTA-Kasus dugaan korupsi pemberian fasilitas pembiayaan dari PT Danareksa kepada

Seruan Moral Akademisi Gerus Elektabititas Paslon 02

JAKARTA–Komunikolog Indonesia Emrus Sihombing menilai seruan moral para akademisi menyikapi menurunya