Neraca Perdagangan Surplus Mencapai USD 709,4 Juta

Wednesday 18 Feb 2015, 11 : 56 am
by

JAKARTA-Menteri Perdagangan (Mendag), Rachmat Gobel mengaku optimis dengan pencapaian surplus dalam kinerja perdagangan bulan Januari 2015. Total ekspor bulan Januari 2015 mencapai USD 13,3 miliar (turun 8,1% YoY), sedangkan impor mencapai USD 12,6 miliar (turun 15,6% YoY). Dengan demikian, terjadi surplus sebesar USD 709,4 juta, lebih baik dibandingkan Januari tahun lalu yang defisit sebesar USD 443,9 juta. Surplus perdagangan bulan Januari 2015 didorong oleh surplus nonmigas sebesar USD 748,0 juta. Sementara itu, defisit migas menurun drastis menjadi hanya sebesar USD 38,6 juta dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Neraca perdagangan bulan Januari 2015 lebih baik dibandingkan tahun lalu yang mencatat defisit,” kata Rachmat pada konferensi pers di Jakarta,  Selasa (17/2).

Menurutnya, produk pertanian menyumbang surplus yang cukup menggembirakan. Ekspor sektor pertanian mengalami peningkatan di bulan lalu, yaitu naik 8,9% menjadi USD 0,4 miliar. Sektor pertanian yang naik signifikan dibanding bulan Januari 2014, antara lain CPO (naik 7,1%); kopi, teh, dan rempah-rempah (naik 56,0%); dan kakao (naik 17,6%) “Sektor pertanian merupakan salah satu primadona ekspor di tengah lesunya ekspor sektor lainnya,” jelasnya.

Total ekspor bulan Januari 2015 terdiri dari ekspor nonmigas USD 11,2 miliar turun 6,2% YoY dan ekspor migas USD 2,1 miliar turun 17,0% YoY. Penurunan ekspor tersebut disebabkan oleh turunnya permintaan dari negara tujuan ekspor utama yang diindikasikan oleh penurunan impor negara-negara tersebut dari dunia, seperti RRT (-21,5%), India (-11,3%), dan Brasil (-16,0%). Sedangkan impornya terdiri dari impor nonmigas USD 10,5 miliar turun 7,8% YoY, dan impor migas USD 2,1 miliar turun 40,4% YoY yang terutama disebabkan oleh turunnya harga minyak dunia sebesar 50,2% (YoY). Perdagangan nonmigas dengan Amerika Serikat (AS), India, Belanda, Filipina, dan Swiss menjadi penyumbang surplus nonmigas terbesar selama bulan Januari 2015 yang jumlahnya mencapai USD 1,9 miliar. Sementara RRT, Thailand, Brasil, Australia, dan Korea Selatan menyebabkan defisit nonmigas terbesar yang jumlahnya mencapai USD 2,4 miliar.

Ekspor migas di bulan Januari 2015 menurun sebesar 17,0% (YoY) menjadi USD 2,1 miliar. Penurunan ekspor terjadi pada komoditas hasil minyak yang turun sebesar 22,6% dan gas yang turun sebesar 25,8%. Sektor pertambangan juga turun signifikan sebesar 16,3% menjadi USD 1,7 miliar. Sektor tambang yang turun signifikan antara lain bijih, kerak, dan abu logam (turun 33,1%); besi dan baja (turun 24,8%); dan alumunium (turun 26,5%). Selain itu, ekspor sektor industri juga mengalami pelemahan. Di bulan Januari 2015, ekspornya turun 4,7% menjadi USD 9,1 miliar. Sektor industri yang turun signifikan antara lain bahan kimia organik (turun 41,1%); pupuk (turun 80,2%); dan mesin/pesawat mekanik (turun 28,9%).

Sementara itu, imbas dari berbagai pemberitaan di dalam negeri, impor barang konsumsi mengalami penurunan signifikan hingga mencapai 20,3%. “Pangsa impor barang konsumsi tercatat sebesar 6,2% dan nilainya mengalami penurunan sebesar 20,3% (YoY), tertinggi penurunannya di antara struktur barang impor lainnya. Adapun barang konsumsi yang impornya turun signifikan, antara lain daging hewan, kendaraan bermotor, buah-buahan, barang dari kulit, dan pakaian jadi,” pungkasnya

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Laba Bersih BTN Tembus Rp3,02 Triliun Pada 2017

JAKARTA-Kinerja PT.Bank Tabungan Negara (BTN) terus melaju positif sepanjang 2017.

IHSG Merosot 1,14% di Tengah Naiknya Indeks Bursa Asia

JAKARTA-Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup