OJK Diminta Tingkatkan Variasi Instrumen Investasi

Friday 29 Aug 2014, 6 : 22 pm
by

JAKARTA-Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk, Jahja Setiaatmadja berharap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meningkatkan variasi instrumen investasi guna mengurangi pelemahan sejumlah indikator makroekonomi yang dipicu oleh dangkalnya pasar keuangan domestik. Pasalnya, pasar keuangan domestik yang masih dangkal akan merusak berbagai kegiatan perekonomian, apabila situasi keuangan global tengah bergejolak. “Kalau penanganan financial deepening tidak berjalan baik dan sehat, maka sektor ekonomi sebuah negara akan rusak,” kata Jahja di Jakarta, Jumat (29/8).

Jahja berharap, OJK melaksanakan berbagai inisiatif untuk menerbitkan sejumlah instrumen investasi terkait pendalaman pasar keuangan. Selama ini, jelas dia, upaya pendalaman pasar keuangan sudah cukup masif dilakukan Bank Indonesia melalui perannya sebagai otoritas moneter.

Dia merincikan, berbagai upaya peningkatan financial deepening yang dilakukan melalui kebijakan otoritas moneter antara lain, penerbitan instrumen baru dan jangka waktu yang variatif. “Adanya Mini Master Repurchase Agreement (Mini MRA) yang per Februari 2014 sudah dilakukan oleh 46 bank,” kata Jahja.

Selain itu, pendalaman pasar keuangan melalui kebijakan otoritas moneter juga dilakukan dengan membentuk komite pasar valuta asing Indonesia, inisiasi penerapan branchless banking dan inisiasi pembentukan biro informasi kredit (PT Pemeringkat Efek Indonesia/Pefindo).

Namun demikian, jelas Jahja, otoritas juga perlu menjaga agar pendalaman pasar keuangan jangan sampai melebihi kebutuhan pasar atau melebihi kemampuan fundamental ekonomi. Pasalnya, jelas dia, hal ini justru akan berbahaya bagi stabilitas keuangan dan pertumbuhan ekonomi.

Lebih lanjut Jahja berharap, kalau pun OJK tidak mampu untuk menerbitkan instrumen baru dalam upaya pendalaman pasar keuangan, sebaiknya otoritas mengoptimalkan atau mengembangkan instrumen yang ada. “Peningkatan financial deepening yang sudah dilakukan otoritas moneter bisa dikembangkan lagi,” ucapnya.

Dia mencontohkan, pasar keuangan yang terlalu dalam pernah terjadi di Amerika Serikat, sehingga pada akhirnya memicu terjadinya krisis subprime mortgage di 2008. “Kejadian itu karena kurangnya perhatian terhadap risiko yang muncul. Saat itu bank yang menjual jaminan tidak mampu meng-cover kredit,” kata Jahja.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Don't Miss

Presiden Bagikan Sepeda untuk Raisa, Bimbo, dan Sejumlah Musisi Lain

JAKARTA-Istana Negara seolah bertransformasi menjadi sebuah panggung bagi para musisi

Motor Listrik Gesits Buatan ITS Siap Diproduksi Massal

JAKARTA-Presiden Joko Widodo memastikan motor listrik Gesits karya anak bangsa